Polisi Periksa 2 Saksi, Matthew Gladden Akui Masih Trauma Pasca Dianiaya

Salawati Taher saat wawancara dengan wartawan di Mapolrestabes Surabaya/RMOLJatim
Salawati Taher saat wawancara dengan wartawan di Mapolrestabes Surabaya/RMOLJatim

Penyidik Unit I Jatanras Polrestabes Surabaya terus bergerak cepat mengungkap kasus penganiyaan yang dialami seorang advokat magang di Apartemen Purimas beberapa waktu lalu.


Setelah memeriksa Matthew Gladden (korban dan juga pelapor) Rabu (29/6) kemarin, hari ini penyidik melakukan pemeriksaan kepada dua orang saksi yang mengetahui dan melihat peristiwa penganiayaan tersebut. Dua saksi itu adalah Salawati Taher dan Yasin.

Salawati Taher merupakan pimpinan dari Kantor Hukum tempat Matthew Gladden magang sebagai advokat. Sedangkan Yasin adalah rekan kerja Matthew Gladden  di Kantor Hukum tersebut. Keduanya diperiksa penyidik selama 1,5 jam, mulai jam 09.30 hingga jam 11.00 WIB.

"Tadi saya sudah memberikan keterangan kepada penyidik sesuai apa yang saya lihat dan saya ketahui atas peristiwa dugaan penganiayaan rekan kami (Matthew Gladden) di Apartemen Purimas," kata Salawati Taher saat dikonfirmasi usai pemeriksaan di Mapolrestabes Surabaya, Kamis (30/6).

Diungkapkan Salawati, terduga pelaku (DVT) beberapa kali melakukan kekerasan fisik terhadap Matthew Gladden, yakni pemukulan di bagian perut dan pipi, yang dilakukan di area loby dan area kolam renang.

"Semua orang yang ada di situ itu langsung berhamburan," ungkapnya.

Dia berharap Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Akhmad Yusep untuk mengawal penegakan hukum kasus tersebut sebagaimana progam Presisi yang dicanangkan oleh Kapolri. 

"Kami berharap kasus ini penegakan hukumnya jelas biar tidak membawa preseden buruk kepada profesi kami sebagai advokat. Kalau penegakan hukumnya tidak jelas ke depannya kami teman-teman advokat bisa rentan mengalami hal serupa," tandasnya.

Terpisah, Matthew Gladden saat ditemui di Polrestabes Surabaya mengatakan, peristiwa penganiayaan itu telah menyebabkan dirinya mengalami gangguan pencernaan dan beberapa kali mual-mual hingga muntah-muntah, serta pusing berkelanjutan.

"Akhirnya saya coba cekkan ke dokter, terus dokternya bilang harus rawat inap. Yang saya rasakan sakit sekitar tiga hari dua malam. Jadi saya diinfus karena kan susah makan," jelasnya.

Tak hanya itu, kekerasan fisik yang dialaminya juga membuat dirinya menjadi trauma.

"Kalau sekarang masih lumayan was was pergi ke daerah sana. Seperti ada traumatik," tandasnya.