Mati Lampu di Terowongan Mina, Jamaah Haji Makin Syahdu

Saat mati lampu di terowongan Mina.
Saat mati lampu di terowongan Mina.

Meski kloter 27 telah dijadwal melempar jumrah, hari kedua,  Minggu 11 Dzulhijjah 1443/ 10 Juli 2022, setelah waktu Maghrib waktu Arab Saudi, namun dilakukan waktu pagi hari. 


Sebab, jamaah KBIHU Assuniyah Kencong Kabupaten Jember ini, ingin suasana berbeda saat melempar jumroh. 

Pada hari kedua ini, berangkat ke Jamarat untuk melontar jumrah ula, wustha dan Aqobah. Masing-masing lemparan 7 kerikil, sehingga jumlah total 21 kerikil. 

"Dan ternyata membawa suasana yg betul-betul beda, sebab, ketika masuk di terowongan tiba-tiba lampunya padam total," kata ketua KBIHU Assuniyah Kencong, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Minggu (10/7).  

"Jadi teringat Tragedi Mina dulu, serem, tahun 1990 silam," sambung pria yang biasa disapa Gus Ghanim ini.

Diketahui, tragedi Mina terjadi pada 22 tahun silam, 2 Juli 1990. Saat itu, lebih dari 1.000 jemaah menjadi korban meninggal dunia karena desakan yang terjadi terowongan ini. Dari ribuan korban, lebih dari 600 orang di antaranya merupakan jemaah haji asal Indonesia. 

Terowongan Mina atau Terowongan Haratul Lisan merupakan jalur pejalan kaki yang membentang di bawah pegunungan. Struktur penghubung ini dibangun sepanjang 550 meter dengan lebar 18 meter dan berfungsi sebagai jalur khusus bagi para jemaah yang akan melaksanakan lempar jumroh.

Dijelaskan Gus Ghanim, suasana mati lampu kali ini, jauh berbeda tidak seram lagi,  namun lebih asyik. Kalau dulu sebelum ada HP, begitu lampu terowongan padam, suasana mencekam dan gelap gulita. Bahkan bisa membawa korban jiwa, terluka hingga meninggal dunia, karena terjatuh dan terinjak-injak jamaah lain, karena terowongan gelap.

Namun sekarang dengan adanya HP dengan tekhnologi baru, jamaah haji tetap riang dan khusu' berdzikir. Begitu mati lampu, tanpa dikomando jamaah haji langsung menghidupkan lampu flash HP. Dengan demikian jamaah tetap bisa melanjutkan perjalanan,  menelusuri terowongan Haratul  lisan menuju Jamarat, sambil berzikir dengan iringan lampu puluhan ribu flash. 

"Suasana jadi syahdu, meriah dan satu jalur jadi aman. Suasana tidak mencekam lagi, suasana terang paduan ribuan lampu flash HP, sambil mengumandangkan takbir dan dzikir lainnya," terang pengasuh ponpes Assuniyah Kencong ini.