Reuni Perak

Reunu perak 25 tahun alumni SMA Sejahtera 1 Surabaya angkatan 1997/Ist
Reunu perak 25 tahun alumni SMA Sejahtera 1 Surabaya angkatan 1997/Ist

REUNI perak 25 tahun yang digelar alumni SMA Sejahtera 1 Surabaya angkatan 1997 di Ballroom Fave Hotel lantai 7, sukses digelar. 

Digelar bertepatan Hari Raya Idul Adha pada 10 Juli 2022, awalnya banyak yang menganggap momennya tidak pas. Namun rupanya yang hadir sangat banyak. Mencapai ratusan. 

Tidak gampang mengumpulkan orang-orang yang sudah 25 tahun tidak bertemu. Mereka sudah punya kehidupan masing-masing. Tidak seperti dulu sewaktu masih berseragam sekolah, sekali dengar pengumuman langsung merapat. Sekarang momen itu tidak bisa diulang. 

Apalagi pak Arif, guru kehormatan kami sempat bilang, bagi anak-anak (kami masih dianggap anak kecil) mengumpulkan ratusan orang yang sudah 25 tahun berpisah tidak mudah. Sebelumnya ada kelompok dari alumni serupa yang menggelar acara reuni. Tetapi mereka terpecah. Hanya karena ada satu dan dua orang yang memiliki ego sektoral, akhirnya acara reuni terbagi menjadi dua. 

"Alumni SMA Sejahtera 1 Surabaya angkatan 1997 ini termasuk paling kompak. Tidak seperti sebelumnya. Mereka membawa ego masing-masing. Ada yang kaya ingin membiayai acara reuni tapi tidak mau melibatkan kelompok lain. Kelompok lain juga sama. Akhirnya mereka jalan sendiri-sendiri. Ini akibatnya jika 'pekerjaan' dibawa saat reuni," ujar pak Arif.

Reuni yang dimaksud pak Arif adalah yang alumninya ada yang menjadi anggota dewan, jaksa, dan bekerja di pengadilan. 

Karena merasa paling memiliki, merasa paling sukses, merasa berhasil dalam dunianya, mereka justru tidak akur dengan sesama alumni.

"Sangat disayangkan. Harusnya reuni itu digelar untuk mengenang kembali masa-masa indah di sekolah. Saling bertukar pikiran. Saling silaturahmi. Bertanya kabar masing-masing. Kangen-kangenan. Tidak pandang strata sosial. Semua orang sama. Ya, sama. Saat anak-anak mengenang masa-masa indah di sekolah. Seharusnya begitu," pesan pak Arif.

Beruntung, Alumni SMA Sejahtera 1 Surabaya angkatan 1997 berhasil melepaskan ego sektoral. Tidak ada sekat di antara kami. Semua campur bawur. Yang terlihat justru saling menghargai satu sama lain. 

Ketemu teman alumni seperti ketemu teman saat masih sekolah. Saling canda gurau. Pisuh-pisuhan. Lok-lokan, istilah kita. 

Ada yang saling membully. Sementara yang dibully tidak marah justru tersenyum. Dan itu sudah biasa di antara kami. Ini menegaskan betapa kuatnya kultur di era kami. Dan kini, kultur itu sudah hilang di era sekarang.

Ya, sekolah kami dulu tidak mengenal teknologi modern seperti sekarang. Tidak kenal gadget. Belum ada media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, hingga WhatsApp. Semua pertemanan dilakukan secara sporadis dan konvensional. Tidak singkur-singkuran karena sibuk main gadget.

Itu dunia kami. Dunia yang tidak dibatasi oleh sekat-sekat. Yang kami tahu, sekolah itu ya bertemu teman, ngobrol di depan kelas, begitu jam pelajaran dimulai, masuk kelas masing-masing. Saat jam istirahat, kami bermain. Sepulang sekolah juga begitu. Ngobrol dulu. Bercanda. Hura-hura. Dan memang seperti kata orang, kenangan indah adalah saat-saat kita masih bersekolah. 

Jika kemudian di antara kami ada yang jatuh hati dan jadian hingga menikah dengan teman sekelas, itu bagian dari gimmick

Pada momen reuni 25 perak ini, tentu banyak hal yang bisa kami dapat. Selain bersua sahabat lama, di situ ada prinsip-prinsip baru yang kita bangun. yaitu kekompakan dan integritas. 

Bisakah kekompakan dibangun? Bisa. Dan, alumni SMA Sejahtera 1 Surabaya angkatan 1997 sudah membuktikan hal itu. Ya itu tadi, kekompakan dibangun tanpa membawa ego sektoral. Begitu pesan pak Arif. 

Setelah reuni perak ini, selanjutnya apa? Ini yang penting. Apakah cukup sampai di sini. Apakah harus menunggu 25 tahun lagi untuk menuju reuni emas. Mungkin usia kita tidak sampai selama itu. Bisa jadi saat reuni emas digelar, orang-orang yang sekarang hadir di reuni perak sudah tidak ada lagi. Kenangan itu tidak bisa dinikmati lagi. Karena sudah tidak ada orang-orang di sekitar kita yang bisa diajak untuk bereuni.

Jalan satu-satunya, jangan berhenti di reuni perak saja. Setelah itu harus ada kelanjutannya. Mumpung masih kompak. Mumpung masih diberi umur. Maka, gunakanlah kesempatan itu. 

Banyak hal yang bisa dilakukan pasca reuni perak. Barangkali ada yang tergerak untuk membentuk paguyuban alumni SMA Sejahtera 1 Surabaya angkatan 1997. Dalam skala kecil, paguyuban ini bisa mengawali dari gerakan sosial.  Mungkin bisa diawali dengan membantu teman-teman alumni yang kesusahan. 

Dalam skala besar, paguyuban ini bisa membantu orang-orang sekitar yang membutuhkan uluran tangan. Mulai membantu korban bencana alam, mengentaskan kemiskinan, hingga membantu generasi muda mendapatkan pendidikan yang  layak. 

Sekedar mengingatkan pesan guru-guru kita, bahwa kemajuan sebuah bangsa ditentukan oleh keunggulan peradabannya. Dan yang namanya peradaban diukur dari kualitas manusianya. Mulai tingkat kesejahteraan, ketenteraman, kedamaian dan keadilan. 

Mengutip Elie Wiesel, penulis Amerika Serikat berkebangsaan Rumania 1928: Tanpa memori, tidak ada budaya. Tanpa ingatan, tidak akan ada peradaban, tidak ada masyarakat, tidak ada masa depan.

*) Penulis alumni SMA Sejahtera 1 Surabaya angkatan 1997