Cerita Miris Seorang Nenek di Jember, Puluhan Tahun Numpang Tinggal di Teras Rumah Keponakan

Nenek Masi tinggal di teras rumah keponakan/RMOLJatim
Nenek Masi tinggal di teras rumah keponakan/RMOLJatim

Seorang perempuan tua renta yang biasa dipanggil Nenek Masi (75), warga Dusun Curahlaos Desa Lampeji Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember harus tinggal di teras rumah keponakannya.


Bahkan, dia sudah bertahun-tahun tinggal di teras rumah terbuka, karena tidak memiliki tempat tinggal sendiri. Sejauh ini belum ada perhatian pemerintah atas nasib yang menimpanya.  

Yang menyedihkan, jika terjadi hujan, sejumlah pakaian yang disimpannya menjadi menjadi basah kuyup. Jika malam harus menahan dinginnya hembusan angin.  

"Jika bisa, saya ingin punya rumah sendiri, meski terbuat dari anyaman bambu tidak apa-apa, yang penting tidak basah saat hujan," katanya.

"Tapi apa mungkin pemerintah mau mendengar ucapan rakyat biasa," tanya dia. 

Seandainya bisa bicara langsung dengan pemerintah, dia akan meminta sedikit saja beras untuk dimakan. Dan juga tempat tinggal. 

Kisah nenek Masi yang bertahun-tahun tinggal diteras rumah warga ini dan belum mendapatkan perhatian pemerintah ini, kemudian viral di sosial media.

Sejak kecil nenek ini, sebagai penyandang tuna daksa kaki, sehingga kesulitan berjalan. Selain itu, sepanjang hidupnya, dia belum pernah menikah, sehingga tidak memiliki keturunan, yang mengurusnya di masa tuanya.

Bahkan untuk bertahan hidup, sehari-hari Masi hanya mengandalkan belas kasihan dari tetangganya saja, karena tidak bisa apa-apa.

Setelah kisah sedih nenek sebatangkara ini viral baru Dinas Sosial Kabupaten Jember, datang berkunjung ke tempat tinggal, nenek Masi. Saat dikunjungi dia masih tetap berada di teras rumah keponakannya.

"Saya ditugaskan Kepala Dinsos Jember, untuk melakukan asesment, warga lanjut usia (Lansia) atas nama Masi yang tidur diteras atau emperan rumah saudaranya," Ucap Pengelola Pelayanan Kesehatan Liposos Dinsos Jember, Agus Widodo kepada sejumlah wartawan, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Selasa (19/7).

Dia menjelaskan, tugas ini untuk memastikan apakah dia masih punya saudara atau benar-benar terlantar. Dari hasil asesmen ternyata dia masih punya saudara.

Emperan rumah yang di tempatinya pun juga masih milik adik kandungnya. Karena itu, Dinas sosial, tidak bisa semerta-merta membawa Nenek Masi ke Liposos. Sebab, masih ada kerabatnya, yang mau merawatnya.

Selain itu, dia sendiri juga masih ingin tinggal disitu, tidak mau diboyong ke Liposos.

"Jadi Liposos harus punya alasan kuat, untuk memboyong Masi ke Liposos, yakni betul terlantar, tidak ada keluarga yang merawatnya," katanya.

Dijelaskan Agus, informasi yang diperolehnya, bahwa nenek Masi yang tidur di emperan itu, bukan karena diusir atau tidak ada kepedulian dari saudaranya, melainkan karena keinginannya sendiri. Sebab, dia menderita batuk menahun, takut mengganggu dan mengotori lingkungan di rumah saudaranya itu.

Sementara, Kepala Desa Lampeji, Ary Wahyudi, berjanji akan memberi perhatian penuh kepada Masi.

Bahkan jika nenek Masi masih sungkan untuk tinggal di rumah saudaranya lantaran takut mengotori, Kades akan membuatkan tempat alternatif. Dengan melakukan bedah rumah dengan swadaya.

"Kami akan melakukan bedah rumah secara swadaya, jika nenek Masi tidak mau tinggal di rumah saudaranya. Lokasinya, sebelah rumah yang ditinggali sekarang," katanya.