Dari 5 Tokoh Ini, Siapa yang Diharapkan Mampu Membawa Masa Depan Indonesia?

Ilustrasi/net
Ilustrasi/net

PEMIMPIN tidak hadir dengan sendirinya, tapi dihadirkan. Artinya, setiap pemimpin itu lahir dengan rekayasa. Ada pihak-pihak yang merekayasa untuk menyiapkan calon pemimpin itu. 

Aktivis dan oligarki biasanya punya calon yang berbeda. Keduanya berkompetisi di dua kubu yang berseberangan. Aktivis calonkan tokoh idealis, sementara oligarki calonkan tokoh pragmatis.

Biasanya, calon oligarki yang menang. Karena oligarki memiliki syarat (terutama) logistik untuk menang.

Kecuali jika terjadi kudeta. Kelompok idealis yang menang. Setelah itu, oligarki berkuasa lagi. Aktivis kalah pengalaman dan kalah logistik. Oligarki, dengan pengalaman, jaringan, dan uangnya, seringkali berhasil membeli aktivis. Tidak sedikit aktivis yang melacurkan diri. Tak kuat miskin.

Banyak tokoh-tokoh besar di negeri ini yang dipandang mampu dan mumpuni untuk menjadi pemimpin. Tapi, mereka tidak memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin. Mengapa?

Pertama, mereka tidak populer dan elektabilitasnya rendah. Dalam sistem demokrasi, eletabilitas menjadi gerbang utama bagi seseorang untuk

dicalonkan.

Untuk mendapatkan elektabilitas tinggi, pinter dan bermoral tidak cukup. Malah, hal-hal sederhana seperti rajin jual senyum dan datang ke selokan itu efektif untuk menaikkan elektabilitas. Enggak perlu pinter. Inilah demokrasi.

Kedua, faktor logistik. Siapa yang punya duit bisa beli partai untuk nyapres. Banyak pengusaha menjadi ketua umum partai. Para pengusaha butuh partai, dan partai butuh pengusaha untuk menyiapkan dana operasional partai. Sebagian pengusaha turun langsung untuk memimpin partai, sebagian lainnya lebih suka mengendalikan partai dari belakang panggung.

Di sisi lain, orang-orang pintar, terutama yang punya latar belakang akademik, umumnya miskin. Mana ada ilmuwan dan dosen kaya? Kecuali bertimbun project dari pemerintah  Maka, nyapres seringkali menjadi mimpi dan khayalan para akademisi.

Tahun 2024, para tokoh yang punya peluang maju sebagai capres bukan ilmuwan dan akademisi. Mengecualikan Anies Baswesan, seorang mantan rektor Universitas Paramadina.

Secara urutan, yang berpeluang nyapres adalah Puan Maharani, Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, Anies Rasyid Baswedan, dan Ganjar Pranowo. Tiga atau empat dari lima tokoh ini kemungkinan akan bersaing dalam Pilpres 2024.

Puan Maharani bisa maju sendiri dengan tiket PDIP. Kemungkinan capres, dan boleh jadi cawapres. Untuk Puan, tiket sudah di tangan. PDIP punya 128 kursi.

Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra ini hanya butuh satu partai tambahan. Kemungkinan Gerindra-PKB akan mengusung Prabowo-Muhaimin Iskandar. Gerindra 12,57 persen dan PKB 9,69 persen. Cukup! Keduanya dihadapkan pada situasi saling membutuhkan.

Tidak mudah bagi Gerindra untuk mendapatkan partner selain PKB. Pasangan Prabowo-Muhaimin kabarnya juga mendapatkan dukungan dari istana.

Ke mana arah permainan istana dengan dukung Prabowo-Muhaimin? Apakah untuk mencegah PKB agar tidak bergabung ke PDIP? Atau untuk bersaing dengan Anies Baswedan? Mengingat ceruk Prabowo dan Anies beririsan.

Sama dengan Prabowo, Airlangga sebagai Ketua Umum Partai Golkar (12,31 persen) hanya butuh satu partai tambahan. Kabarnya, Airlangga akan berpasangan dengan Zulkifli Hasan, Ketua Umum PAN.

Namun, Golkar-PAN belum cukup. Golkar 12,31 persen dan PAN 6,84 persen. Maka, butuh PPP untuk ikut mendukung. PPP punya 4,52 persen.

Majunya Zulkifli ini memang berisiko secara elektoral jika Anies Baswedan juga maju di Pilpres. Pasalnya, kader dan konstituen PAN cenderung mendukung Anies Baswedan.

Di sisi lain, Anies Baswedan, dengan elektabilitas di papan atas sedang berjuang untuk mendapatkan tiket maju.

Ada tiga partai yang kemungkinan akan memberi tiket kepada Anies yaitu Nasdem (9,05 persen), PKS (8,21 persen), dan Demokrat (7,77 persen).

Ketiga partai ini sedang mendiskusikan siapa yang akan menjadi wakil Anies. Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY (Ketua Umum Demokrat), Andika Perkasa (Panglima TNI), Airlangga Hartarto (Ketua Umum Golkar), atau Khofifah Indraparawansa (Gubernur Jawa Jatim). Tidak menutup kemungkinan Puan Maharani juga bisa dipasangkan dengan Anies Baswedan.

Sementara, Ganjar Pranowo terancam tidak mendapatkan tiket jika tidak punya nyali untuk melawan Ketua Umum PDIP. Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yaitu Golkar, PAN, dan PPP kabarnya siap menyediakan tiket untuk pasangan Ganjar-Airlangga.

Dengan catatan, Ganjar berani nyebrang dari PDIP dan melawan Megawati. Sebab, kecil kemungkinan Ganjar diusung sebagai capres PDIP. Mengapa? Karena Ganjar dianggap ancaman bagi posisi Ketum PDIP jika berkuasa.

Di antara lima tokoh tersebut, yaitu Puan Maharani, Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, Ganjar Pranowo, dan Anies Rasyid Baswedan, siapa yang paling bisa diharapkan untuk  membawa masa depan Indonesia yang lebih baik?

Rekam jejak siapa di antara lima tokoh tersebut yang bisa memberi ekspektasi buat masa depan bangsa?

Penulis adalah pengamat politik dan pemerhati bangsa