Namira Ecoprint Terapkan Inovasi Bidang Fashion, Ini Keunggulannya

Teks foto: Produk Namira Ecoprint menggunakan warna-warna dari tumbuhan/RMOLJatim
Teks foto: Produk Namira Ecoprint menggunakan warna-warna dari tumbuhan/RMOLJatim

Namira Ecoprint memiliki cara tak biasa dalam menerapkan inovasi pada bidang fashion.


Yayuk Eko Agustin mengawali usahanya ketika Pemkot Surabaya menggelar event Surabaya Smart City, pada 2019.

"Jadi, setiap kampung harus punya produk unggulan. Akhirnya kita coba bikin ecoprint," kata Yayuk dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Jumat (11/11).

Pasca event berakhir, Yayuk kemudian melanjutkan bisnisnya itu, sekaligus melakukan riset soal seluk beluk ecoprint. 

"Saya pelajari tentang itu (ecoprint), ternyata banyak di kawasan Eropa. Daerah sana itu suka dengan ecoprint karena kan non chemical (tanpa bahan kimia)," terang mantan Asisten 1 Pemkot Surabaya.

Keunikan ecoprint terlihat dari sisi pewarnaan yang digunakan.

Keseluruhan produk Namira Ecoprint menggunakan warna-warna yang dari tumbuhan.

Motif yang tercetak pun menampilkan bentuk-bentuk unik, tergantung jenis daun yang digunakan.

Produknya itu juga sudah mengantongi sertifikasi ramah lingkungan.

"Seperti daun jati, kedodondong, dan sawo kecik. Kemudian, eucalyptus dan jilidri juga bisa digunakan sebagai pewarna kain," ungkapnya.

"Kebutuhan bahannya ya tergantung motifnya. Kalau motif biasa ya sedikit, kalau motif rumit ya banyak," lanjutnya.

Proses pewarnaannya, kata Yayuk, daun yang akan digunakan terlebih dahulu direndam dengan air. Selanjutnya, bahan itu langsung ditempelkan ke kain yang sudah dipersiapkan.

Pengerjaan setiap produk ecoprint dilakukan secara manual.

"Setiap daun dan tumbuhan itu punya karakteristik masing-masing. Termasuk daun-daun bahan jamu itu juga bisa," jelasnya.

"Kesulitannya karena semua bahan-bahan harganya naik dan pemasarannya juga. Karena ini kearifan lokal ini semua dikerjakan manual," tambahnya.

Sementara itu, dalam sehari Namira Ecoprint bisa memproduksi sekitar empat produk. 

Harga yang ditawarkan pun beragam, tergantung jenis kain yang digunakan.

Yayuk bisa memperoleh omzet hingga puluhan juta dari hasil usaha ecoprint miliknya.

"Kalau katun Rp600 ribu (ukuran) 2,4 meter. Kalau sutera minimal harga Rp1,5 juta, kalau yang bagus itu bisa Rp2 juta. Jaket ini juga bisa sampai Rp3 juta. Omzet sebulan bisa sampai Rp85 juta," ungkapnya.

Nah bagi yang penasaran dengan produk Namira Ecoprint bisa langsung mengunjungi outlet di Jalan Wisma Kedung Asem Indah, Surabaya maupun mengunjungi laman akun instagram @namira.ecoprint.