Menakar Ancaman Keamanan Nasional di Tahun 2023

Co Founder Forum Intelektual Muda, M. Sutisna/RMOL
Co Founder Forum Intelektual Muda, M. Sutisna/RMOL

TAHUN 2023 merupakan gerbang menuju tahun 2024. Dimana tahun 2024 adalah tahun yang sangat krusial bertepatan dengan pemilihan umum secara serentak mulai dari Pemilihan Presiden, Legislatif, hingga Kepapa Daerah. Sehingga bagaimana negara bisa mengantisipasi berbagai macam potensi kerawanan yang terjadi di 2022, tak terulang lagi di tahun 2023. 

Tentu memori kita masih ingat ketika Pemilu 2019 yang sangat menguji rasa persatuan kita. Efek dari dikotomi politik, masyarakat yang terbelah akibat dari perbedaan pilihan politik dari masing masing kubu kubu. Sehingga menghasilkan riak riak polarisasi politik yang efeknya masih terasa sampai sekarang. 

Selain itu kita juga belum bisa terlepas dari ancaman teror yang sewaktu-waktu bisa meledak kapan saja. Teror dari kelompok yang mengatasnamakan Agama sebagai tamengnya dalam melancarkan aksi-aksi kejinya yang menimbulkan korban jiwa yang tak bersalah. 

Tentu  peristiwa Bom di Polsek Astana Anyar beberapa waktu silam sebagaj bukti  yang perlu menjadi evaluasi bersama untuk bisa membaca segala potensi kerawanan yang terjadi.

Mengatasi masalah ancaman Keamanan Nasional bila dikaitkan dengan dengan teori Black Swan yang dikemukakan oleh Nassim Nicholas Taleb seorang Antropolog Asal Lebanon tentang sebuah peristiwa langka yang terjadi di dunia ini dengan ciri berdampak besar, sulit diprediksi dan diluar perkiraan membuat kita harus waspada dalam menghadapi ketidakmungkinan.

Dalam lingkup global kita hari ini juga berada dalam bayang-bayang ancaman Resesi Ekonomi, bahkan Resesi Politik di tahun 2023 nanti. Kenapa demikian?, Semenjak dari Perang Ukraina Rusia yang belum usai hingga hari ini, serta Situasi di Laut China Selatan. Menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya resesi tersebut.

Tentunya kita juga perlu belajar dari masa lalu bagaimana great depression menjadi salah satu penyebab meletusnya Perang Dunia II, akibat dari ego yang tinggi dari pemimpin dunia pada saat itu.  Sehingga ekonomi berantakan, perang pun tak dapat dihindari.

Apalagi Berakhirnya Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet menjadi penanda pergeseran definisi keamanan bagi negara setiapbbangsa. Seperti yang diungkapkan oleh Barry Buzan ahli Geopolitik Internasional yang mendefinisikan konsep keamanan yang pada awalnya berpusat pada sektor militer saja kemudian berkembang

menjadi sektor militer dan nirmiliter. Sektor-sektor non militer itu seperti ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan. Sehingga Sektor keamanan menjadi issue penting dalam dinamika global hari ini.

Maka tak ayal dalam melihat fenomena global ini harus bisa di antisipasi, agar tak berdampak bagi stabilitas keamanan nasional.

Melihat posisi Indonesia yang hari ini cukup stabil,  setelah  menjadi  tuan rumah KTT G20, dan di tahun 2023 akan menjadi tuan rumah KTT ASEAN sekaligus Ketua ASEAN.

Ini merupakan sebuah prestasi bagi Indonesia yang tiada hentinya mendapatkan kepercayaan dari negara lain untuk memimpin dan memecahkan berbagai macam persoalan yang melanda hari ini. Sebagai tanda untuk aspek keamanan nasional Indonesia relatif stabil.

Namun disisi lain akan menjadi tantangan terberat bagi Indonesia sebagai tuan rumah KTT ASEAN menjelang tahun politik nanti di 2024. Sehingga segala aspek yang berpotensi menganggu stabilitas keamanan negara harus bisa di mitigasi dengan baik oleh pemerintah.

Oleh karena itu berbagai ancaman seperti terorisme, polarisasi politik, kebrutalan KKB di Papua, hingga resesi ekonomi harus diantisipasi secara komprehensif oleh pemerintah, baik dari hulur maupun ke hilirnya. Karena dalam menyelesaikan masalah keamanan tak bisa hanya dilihat dari satu sisi saja, tapi dari berbagai sudut maupun sisi.

Selain itu pemerintah juga harus lebih sering melibatkan masyarakat. Karena Indonesia sebagai negara Pancasila yang memiliki anekaragam bahasa, suku, dan budaya memerlukan partisipasi rakyatnya agar terjadinya pemahaman bersama bahwa menjaga keamanan nasional adalah tugas kita bersama.

*Penulis adalah Co Founder Forum Intelektual Muda