Anies Justice, Kristine dan BOTI

Moch Eksan
Moch Eksan

KENDATI Anies Rasyid Baswedan seorang muslim taat, tidak menjadi penghalang untuk berinteraksi dengan orang beda agama, dan memberikan bantuan operasional terhadap tempat ibadah umat lain. Justru rasa keadilan yang telah mendorong sikap dan tindakan afirmatif terhadap umat minoritas. 

Kristine, Ibu Asuh

Pada 1988, Anies ikut program pertukaran pelajar. Waktu itu, ia sedang duduk di SMAN 2 Yogyakarta. Ia diutus ke Amerika Serikat dan tinggal selama setahun dengan keluarga Kristen Katholik Roma taat. Ibu asuhnya bernama Kristine M Schell.

Kristine adalah lulusan St John's Catholic Grade School dan South Milwaukee High School. Ia aktivis gereja yang mempromosikan Anies keliling berceramah dari gereja ke gereja di Kota Milwaukee Selatan, Wilconsin, Amerika Serikat.

Anies mengakui bahwa Kristinelah yang telah berjasa mematangkan kemampuan public speakingnya. Usai misa minggu, ia biasanya memberikan ceramah soal Islam dan Indonesia pada Jemaat gereja setempat. Ini cukup membantu mengenalkan agama dan negara asalnya.

Warga Amerika pada akhir dekade 80-an mayoritas awam soal Islam dan Indonesia. Jemaat Kristen terbesar dunia di bawah kemimpinan Sri Paus ini, wawasannya terbuka oleh pidato Anies yang banyak menceritakan panjang lebar perihal Islam dan Indonesia.

Bahwa Islam adalah agama damai yang mewajibkan para pemeluknya untuk berbuat baik kepada siapa pun. Sedang, Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia yang menjalin banyak kerjasama bilateral dengan negara Paman Sam.

Hubungan Anies dan Kristine merupakan hubungan anak dan ibu. Perbedaan agama dan kewarganegaraan keduanya, mendorong untuk saling memahami dan menghormati satu sama lain dalam satu kesatuan keluarga multikultural.

Sepulang ke Tanah Air pada 1989, hubungan Aneis dan Kristine tetap terjalin dengan baik. Apalagi beberapa tahun berikutnya, ia tinggal cukup lama di Amerika dalam rangka menyelesaikan S-2 di Maryland University dan S-3 di North Ilinois University.

Kehidupan yang lintas kultur agama dan negara, telah membentuk Anies menjadi seorang yang toleran. Ibu kandungnya, Aliyah Rasyid adalah muslimah taat. Sedangkan, ibu asuhanya, Kristine M Schell adalah penganut Kristen Katolik Roma yang taat pula. Suka atau tidak suka, untuk menghormati kedua ibunya, ia harus menghormati satu sama lain dalam bingkai harmoni sosial.

BOTI Kebijakan Keadilan

Meski demikian, Anies merupakan tokoh yang paling disalahpahami. Bahkan, ia acapkali menjadi korban framing yang salah dan tak sesuai dengan kenyataan. Tudingan ia intoleran sama sekali tak berdasarkan fakta dan realita. Kecuali halusinasi dari para Anies phobia.

Pemberian Ijin Mandiri Bangunan (IMB) tempat ibadah, Bantuan Operasional Tempat Ibadah (BOTI), insentif bagi guru agama, dan bantuan rehab atau pembangunan tempat ibadah, adalah sederet bukti, bahwa kehidupan beragama disupport penuh oleh Anies selama 5 tahun berkuasa di Balai Kota DKI Jakarta.

Ada program IMB Gratis bagi tempat ibadah. Anies lebih banyak memberikan IMB bagi gereja daripada masjid. Bukankah kebijakan seperti ini sudah lebih dari cukup untuk membantah narasi intoleran yang sungguh mengada-ngada.

Anies memperlakukan Umat beragama setara dan sama. Setiap bulan menyalurkan BOTI Rp 2 juta pada masjid, gereja, wihara, pura, kuil dan mandil yang besar. Sedangkan tempat ibadah ukuran sedang, sebesar Rp 1 juta per bulan.

Biro Pendidikan dan Mental Spiritual Sekda DKI Jakarta menyebutkan bahwa dana tersebut disalurkan untuk 3.200 masjid, 2.000 mushala, 1.379 gereja, 263 wihara, serta 19 pura, kuil, dan mandil.

Para guru agama juga tak luput dari perhatian Pemprov. Setiap bulan diberikan insentif sejumlah Rp 500 ribu. Insentif ini berlaku bagi seluruh guru agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu.

Memang, besaran BOTI dan insentif guru agama tak terlalu besar. Ini sekedar bentuk perhatian atas usaha para tokoh agama dalam peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pemerintah tak membiarkan para tokoh agama berjuang sendiri tanpa kehadiran negara dalam menjamin kebebasan beragama dan beribadah. Ini wujud kerjasama pemerintah dan umat beragama dalam memajukan prikehidupan beragama di Ibu Kota Negara.

Alhasil, Anies telah berikhtiar menghadirkan rasa keadilan bagi seluruh umat beragama tanpa terkecuali. Mereka punya hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang, serta berpartisipasi dalam pembangunan.

Dengan demikian, tak ada diskriminasi, yang ada adalah kesetaraan dan kesempatan yang sama bagi seluruh umat beragama dalam mewujudkan kerukunan antara umat beragama satu sisi, serta antara umat beragama dengan pemerintah di sisi lain.

Kerukunan umat adalah modal dari persatuan bangsa. Sementara, persatuan itu sendiri adalah modal pembangunan nasional. Mustahil, bangsa ini bisa membangun, apabila terseret dalam kubangan konflik berlatar agama dan aliran. Anies telah memberikan contoh mengelola pembangunan agama dengan kebijakan dan anggaran yang berkeadilan.

Selamat Natal dan Tahun Baru 2023. Semoga damai, sejahtera, dan suka cita selalu bersama kita. Amien.

*Penulis adalah Pendiri Eksan Institute dan Wakil Ketua DPW Nasdem Jatim