Pemerintah dan Parlemen Seperti Paduan Suara Tanpa Oposisi

Direktur Pusat Studi Media dan Demokrasi Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Wijayanto/Net
Direktur Pusat Studi Media dan Demokrasi Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Wijayanto/Net

Tidak adanya peran opisisi dalam sistem politik Indonesia hari ini, tidak ubahnya membuat pemerintah dan parlemen seperti kelompok paduan suara.


Begitu disampaikan Direktur Pusat Media dan Demokrasi Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Wijayanto, dalam webinar "Ritual Oligarki Menuju 2024", Minggu (29/1).

"Absennya lawan politik memberi kita parlemen yang menjadi paduan suara bersama pemerintah," ujar Wijayanto.

Bukan saja suara oposisi, kata dia, realitas Indonesia belakangan ini jauh dari asas demokrasi di mana suara publik juga diabaikan dalam pembahasan kebijakan.

"Dalam berbagai hal UU Cipta Kerja, RKUHP, juga pelemahan KPK, memberi kita salah satu periode paling membosankan dalam sejarah parlemen Indonesia," tuturnya.

Bagi dia, rakyat seperti hidup sendirian saat parlemen yang notabene berisi wakil rakyat terpilih, tak mampu memperjuangkan harapan dari orang yang memilihnya.

"One hundred years of solitude, mungkin pas untuk menggambarkan bungkamnya parlemen kita untuk memperjuangkan kepentingan warga," pungkasnya dimuat Kantor Berita Politik RMOL.