Golkar Sebaiknya Bentuk Poros Baru Bersama PKS, Capreskan Airlangga 

Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto saat bertemu dengan Presiden PKS di kantor DPP Golkar bulan April tahun 2021 silam/RMOL
Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto saat bertemu dengan Presiden PKS di kantor DPP Golkar bulan April tahun 2021 silam/RMOL

Dinamika politik mutakhir, pertarungan sesungguhnya adalah antar calon wakil presiden. Sebab, politik pertarungan calon presiden sudah selesai di tiga nama, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.


Demikian analisa Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia (ASI) Ali Rif'an melansir Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (5/5).

Menurut Ali Rif'an, perbincangan cawapres lebih menarik karena konfigurasi koalisi sudah mulai mengerucut ke tiga poros koalisi, PDIP, Gerindra dan Nasdem.

Pendapat Ali Rif'an, para capres dan poros koalisinya sedang mencari cawapres yang dapat memberikan insentif logistik dan juga basis.

"Poros koalisi cari cawapres yang punya komplementer atau pelengkap," demikian kata Ali.

Di sisi lain, menurut mantan mantan Manajer Riset Poltracking ini, memilih kader NU sebagai cawapres juga memungkinkan untuk mendapatkan efek ekor jas. Argumentasinya, jika kader NU menjadi cawapres akan memberikan insentif basis karena jauh lebih mengakar.

Alasan mengapa para kekuatan poros koalisi berebut cawapres, karena dalam pertarungan Pilpres semua poros akan berkutat pada kekuatan figur yang lebih kuat pada masyarakat.

"Semua partai berlomba mencangkokkan figur cawapres demi mengajar efek ekor jas. Meski Prabowo ketemu Airlangga, Cak Imin enggak mungkin mau mengalah. Airlangga ketemu Demokrat AHY juga tidak akan mau mengalah. Memang kondisi realitanya begitu," jelas Ali Rif'an.

Untuk menjawab kebuntuan dinamika cawapres, Mahasiswa doktor ilmu politik Universitas Indonesia ini menyarankan sebaiknya Golkar membangun poros baru bersama PKS. Artinya, Golkar tetap bisa mencalonkan Airlangga sebagai capres dengan wakilnya dari kader PKS.

Dengan demikian, Ali melihat, masyarakat akan semakin banyak tawaran calon pemimpin nasional untuk lima tahun mendatang.

"Terbentuk 4 poros malah menarik, menyehatkan demokrasi kita. Karena menunya semakin banyak. Tinggal memang, antara Nasdem Demokrat bisa menarik PAN," pungkas Ali Rif'an.