Parkir Gratis yang Tak Gratis

Moh Hasan/RMOLJatim
Moh Hasan/RMOLJatim

Pernahkah kamu mengalami momen di mana setelah berbelanja dan memarkirkan mobil Anda sendiri, tiba-tiba terdengar suara sempritan yang melengking beberapa kali saat Anda keluar?

Dalam kebingungan mencari sumber suara, "priiit..! Priit, priiiit!!" Perasaan kesal pun muncul karena merasa dipermainkan dengan ulah mereka.

Pernahkah kamu mengalami situasi di mana niat untuk berbelanja di salah satu toko harus dibatalkan karena adanya tukang parkir, padahal di dinding terpampang tulisan "parkir gratis"? Jangan khawatir, kamu tidak sendirian, banyak orang lain juga mengalami hal serupa.

Meskipun bisnis parkir ini membutuhkan lahan, mereka tidak perlu membeli tanah untuk memulai usaha ini. Modalnya cukup sempritan, selain itu, ada juga modal lain yang tidak terlihat, yaitu keberanian mental. Mereka harus berpura-pura cuek dan memiliki ketebalan muka yang tinggi.

Meskipun pengunjung bingung setelah membaca tulisan "Parkir Gratis" yang jelas di dinding, para tukang parkir tidak peduli dan tetap cuek.

Sebutan "tukang parkir" mungkin terdengar biasa, tapi tak banyak yang tahu bahwa penghasilan mereka cukup menggiurkan. Bayangkan, jika setiap hari ada sekitar 100 kendaraan yang parkir dengan tarif sebesar Rp2.000 per kendaraan, tukang parkir dapat mengumpulkan pendapatan sebesar Rp200 ribu dalam sehari.

Dalam waktu singkat, kurang dari 10 menit, investasi semprit murah mereka sudah terbayarkan. Itu pun hanya perkiraan terendah.

Tentu saja, ada beberapa orang yang merasa terbantu dengan adanya tukang parkir semacam ini. Namun, di sisi lain, banyak masyarakat yang merasa tidak puas dan terbebani dengan kehadiran mereka. Terutama bagi pengendara yang sudah menjadi langganan parkir, mereka seringkali harus membayar meski sudah memiliki tanda peserta parkir berlangganan.

Banyak pengendara yang merasa tidak nyaman saat memarkir di tempat yang seharusnya gratis namun tetap diminta uang oleh tukang parkir. Bahkan, mereka bisa mengabaikan tulisan "Parkir Gratis" yang jelas terpampang di dinding. 

Para pengunjung pun merasa diperlakukan sepele dan tidak dihiraukan. Terutama yang dirugikan adalah pengendara yang sudah membayar langganan parkir. Tidak jarang tukang parkir masih menarik tarif meski di kendaraan pengunjung terdapat label tanda peserta parkir berlangganan.

Fenomena ini bahkan menjadi viral di media sosial, dengan banyak orang yang berbagi pengalaman serupa dan mengeluhkan kehadiran tukang parkir yang mengandalkan sempritan untuk mendapatkan keuntungan besar. 

Baru-baru ini, lelucon ini viral di media sosial dengan banyak netizen membuat kalimat seperti ini, "2000 tak membuat kami miskin, tetapi bisa membuat oknum tukang parkir menjadi kaya raya hanya dengan modal semprit."

Melihat perkembangan ini, peran pemerintah dalam mengatur dan mengawasi sistem parkir menjadi sangat penting. Namun, kurangnya pengawasan dari pemerintah daerah membuat praktik parkir liar semakin marak. Hal ini tentu saja menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap otoritas yang seharusnya melindungi hak-hak mereka.

Muncul rumor bahwa para tukang parkir semacam ini telah menjadi sumber pendapatan tambahan bagi oknum petugas. Keberadaan mereka dianggap saling menguntungkan, di mana oknum petugas mendapatkan uang tambahan dari parkir liar, sementara tukang parkir mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan besar.

Pemerintah nampaknya tidak mampu mengatasi maraknya praktik parkir liar. Atau mungkin saja mereka ini seperti "tumbuhan liar" yang memiliki nilai ekonomis bagi sekelompok oknum petugas, sehingga wajar jika mereka enggan untuk menghilangkan rumput liar di tengah-tengah produktivitas masyarakat.

Selain menerapkan regulasi yang ketat, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah tegas dan melakukan penertiban secara berkala untuk mengatasi praktik parkir liar yang semakin membingungkan masyarakat.

Dengan upaya ini, diharapkan dapat mengatasi parkir liar dan memberikan pelayanan parkir yang dapat dipercaya dan adil kepada masyarakat.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news