Para peternak di Banyuwangi terus melakukan upaya kreatif, memanfaatkan limbah ternak menjadi bermanfaat dan bernilai ekonomi.
- Ribuan Warga Rogojampi Sambut Meriah Kedatangan Ipuk Fiestiandani, All Out Dukung Keberlanjutan Pembangunan Banyuwangi
- Mulai Pupuk Organik hingga Penerapan Teknologi, Petani Banyuwangi Minta Ipuk Lanjutkan Inovasi Pertanian
- Banyak Pembangunan Fasilitas Publik, Warga Pesanggaran Inginkan Ipuk Lanjutkan Pembangunan
Salah satunya peternakan domba (sopas) di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Pesanggaran, kotoran hewan ternak diproses menjadi biogas dan slurry (pupuk organik cair). Dengan cara ini limbah dari peternakan menjadi nol persen.
Di Desa Sumbermulyo terdapat peternakan domba yang menjadi rumah produksi biogas dan bio-slurry. Rumah produksi tersebut dikelola oleh para petani dan peternak Kelompok Tani Sumber Rejeki.
Biogas dimanfaatkan menjadi bahan bakar pengganti LPG untuk memasak. Saat ini beberapa rumah di sekitar peternakan telah menggunakan biogas untuk kebutuhan memasak. Mereka juga menggunakan biogas untuk kebutuhan penerangan.
Selain menjadi biogas, kotoran hewan ternak tersebut juga diolah dijadikan bio-slurry yang dijadikan sebagai pupuk organik.
Bio-slurry merupakan ampas biogas. Meskipun ampas, namun slurry memiliki banyak nutrisi yang bermanfaat untuk pertanian. Sebagai pupuk alami slurry mampu mengikat nutrisi tanah sekaligus menggemburkan tanah yang keras.
Bio-slurry memiliki mikroba probiotik yang mampu meningkatkan kesuburan tanah, sehingga berdampak kepada kualitas dan kuantitas hasil panen.
"Apa yang dilakukan para peternak di desa ini merupakan solusi agar limbah peternakan menjadi nol persen, karena tidak ada limbah dari peternakan yang tersisa," kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, di sela program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) di Desa Sumbermulyo, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Minggu (30/6).
"Selain itu hasilnya juga bisa dimanfaatkan oleh para petani untuk pupuk organik, sehingga mengurangi biaya produksi. Yang terpenting lagi proses kreatif ini juga turut menjaga kesuburan tanah," tambah Ipuk.
Pengolahan limbah ternak ini mulai berjalan sejak awal 2023 lalu. Sarman, pemilik peternakan domba mengatakan, pengolahan limbah ini merupakan hasil kerja sama kelompok tani, Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Banyuwangi, dan program doktor mengabdi Universitas Brawijaya.
Melalui kerjasama ini dibangun instalasi digester biogas, untuk mengolah limbah kotoran ternak. Sarman menjelaskan proses pengolahan limbah ini cukup mudah.
"Kotoran ternak dimasukkan dalam mixer untuk dihaluskan. Setelah halus masuk ke tabung biogas, untuk diambil gas-nya," kata Sarman.
Setelah gasnya diambil, ampas dari kotoran tersebut menjadi bio-slurry yang dimanfaatkan menjadi pupuk organik untuk petani.
"Pupuk organik ini selain kami gunakan sendiri juga dijual ke kelompok-kelompok petani lainnya di Banyuwangi dalam bentuk pupuk organik cair," tambah Sarman. (Adv)
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Revitalisasi Pasar Kembang Tahap Pertama Segera Dimulai, PD Pasar Surya Bangun TPS untuk Pedagang
- Dukung Eri Cahyadi-Armuji, Hiperhu: Lanjutkan Kepemimpinan Periode Kedua
- Pemkot Surabaya Berhasil Raih Penghargaan Bergengsi dari Badan Informasi Geospasial