Pencurian mata uang kripto melalui peretasan meningkat dua kali lipat dalam enam bulan belakangan ini.
- Jaringan Indosat 100 Persen Terintegrasi, Kenaikan Trafik Data Capai 25 Persen Saat Puncak Lebaran
- Huawei Dukung Program XL Future Leaders, Berikan Pelatihan IoT Kepada Mahasiswa
- Buka Peluang untuk Generasi Kreatif, Smartfren Kokreasi dengan UN1TY
Ini terungkap dari peneliti blockchain TRM Labs pada Jumat (5/7) yanv menyebutkan sejumlah faktor, termasuk naiknya harga kripto.
"Peretas telah mencuri kripto senilai lebih dari 1,38 miliar dolar AS (Rp21,1 triliun) hingga 24 Juni 2024, dibandingkan dengan 657 juta dolar AS (Rp10,6 triliun) pada periode yang sama pada tahun 2023," kata TRM Labs, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (6/7).
Laporan TRM Labs menyebut pencurian rata-rata satu setengah kali lebih besar dari tahun sebelumnya.
"Meskipun kami belum melihat adanya perubahan mendasar dalam keamanan ekosistem mata uang kripto, kami telah melihat peningkatan signifikan dalam nilai berbagai token - dari bitcoin hingga ETH (ether) dan Solana - dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu," kata Ari Redbord, kepala kebijakan global di TRM Labs.
"Artinya, penjahat dunia maya lebih termotivasi untuk menyerang layanan kripto, dan dapat mencuri lebih banyak saat melakukannya," lanjut Redbord.
Harga kripto secara umum telah pulih dari titik terendah yang dicapai pada akhir tahun 2022 setelah runtuhnya bursa kripto milik Sam Bankman-Fried, FTX. Bitcoin bahkan sempat mencapai titik tertinggi sepanjang masa di 73.803,25 dolar AS pada bulan Maret tahun ini.
Di antara kerugian kripto terbesar tahun ini adalah sekitar 308 juta dolar AS bitcoin yang dicuri dari bursa kripto Jepang DMM Bitcoin, dalam apa yang disebut perusahaan sebagai "kebocoran tidak sah".
Perusahaan mata uang kripto sering menjadi sasaran peretasan dan serangan siber, meskipun kerugian sebesar ini jarang terjadi.
Volume mata uang kripto yang dicuri pada tahun 2022 mencapai sekitar 900 juta dolar AS, kata Redbord, sebagian karena lebih dari 600 juta dolar AS dicuri dari jaringan blockchain yang terhubung dengan gim daring Axie Infinity.
Amerika Serikat telah mengaitkan peretas Korea Utara dengan pencurian itu.
Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa menuduh Korea Utara menggunakan serangan siber untuk membantu mendanai program nuklir dan misilnya.
Korea Utara sebelumnya membantah tuduhan peretasan dan serangan siber lainnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- XL Axiata Terapkan Teknologi Smart Massive MIMO
- Teknologi Konstruksi Sarang Laba-Laba Jadi Solusi Antisipasi Gempa Megathrust di Indonesia
- Bus Listrik Produksi PT INKA Unjuk Gigi di Borobudur