Bukan isapan jempol, gebrakan Pemerintah Kota Mojokerto terus berjalan tanpa henti. Dalam bidang ekonomi produktif misalnya, kota ‘mungil’ yang dijuluki “Spirit Of Mojopahit” tersebut terus berupaya mempermudah masyarakat untuk mengurus izin berusaha.
Tak Hanya menyediakan klinik Online Single Submission (OSS) dan Jemput Bola Memberikan Pelayanan Sistem OSS (NIB) Tanpa Biaya (Jempol Mempesona), tetapi juga memberikan layanan melalui Klinik Terpadu Pendaftaran Perizinan Usaha Kategori Mikro Dan Kecil (Klinik Perisai).
Klinik Perisai yang baru saja dilaunching oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Mojokerto Moh. Ali Kuncoro pada 6/8/24 inilah yang kemudian memantik disebut salah satu senator terpilih sebagai gerak cepat sikapi NEET.
“Klinik Perisai mas Pj (Walkot Ali Kuncoro, red.), menjadi momentum nyata cara beliau menjawab atau merespon fenomena NEET yang menjadi momok di kalangan generasi muda. Ini gerak cepat atau gercep yang tidak kaleng-kaleng,” terang Lia Istifhama, anggota DPD RI Terpilih Jawa Timur, 8/8/24.
Nah, apa itu NEET?
Usut punya usut, NEET merujuk kepada ‘Not in Education, Employment, or Training yaitu seseorang yang berada pada situasi: "Tidak dalam Pendidikan, Pekerjaan, atau Pelatihan". Dengan kata lain, NEET adalah ‘Youth Not in Education, Employment, and Training’.
Menurut Badan Pusat Statistik adalah penduduk kelompok umur 15 hingga 24 tahun yang berada di luar sistem pendidikan, tidak sedang bekerja dan tidak sedang mengikuti training atau pelatihan apapun.
Terkait NEET, ning Lia, sapaan akrab keponakan Gubernur Jatim 2019-2024 Khofifah Indar Parawansa itu, mengaku NEET merupakan salah satu tema yang pernah dibahasnya saat bertemu dengan Ali Kuncoro di Balai Kota Mojokerto, Senin (6/8) kemarin.
“Kebetulan beliau (Ali Kuncoro, red.) memberikan atensi besar tentang mimpi beliau menguatkan mental ekonomi produktif di kalangan anak muda agar tidak terjebak ‘NEET’. Saya melihat ini bukan hanya kapasitas beliau sebagai seorang Pj. Walikota, tapi juga Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Provinsi Jawa Timur, sehingga respon terkait kepemudaan memang besar melekat pada beliau.”
Apalagi, menurut politisi bertagline peran CANTIK itu, hampir 10 juta penduduk berpotensi pada kelompok NEET.
“Kalau kita lihat data yang dirilis BPS, bahwa hampir 10 juta penduduk, tepatnya 9,9 juta penduduk usia 15 hingga 24 tahun berpotensi NEET. Mengapa begitu? Karena banyak anak muda yang merasa berada pada zona nyaman sehingga belum terlalu peka dengan tanggung jawab terlibat dalam ekonomi produktif. Ini tidak salah mereka, karena zona nyaman ini terbentuk dari sikap kita yang memberikan ruang mereka untuk bebas berekspresi di sosial media namun tidak dimonitor bahwa harus ada hasil produktif dari karya kreatif itu,” jelasnya.
Alasan itulah, yang mendasari Lia Istifhama memberikan apresiasi tinggi pada Ali Kuncoro.
"Apa yang di sampaikan Mas PJ, kita aamiini. Bagaimana pemuda bisa menciptakan ekonomi kreatif. Pemuda harus memiliki mimpi besar dan mewujudkanya menuju Indonesia Emas di tahun 20245. Terlebih di masa bonus demografi yang sedang kita hadapi. Bonus demografi menawarkan peluang besar bagi pembangunan pemuda.”
“Bonus demografi seharusnya menjadi penguat modal sosial. Bagaimana generasi penerus bangsa terus bergandengan tangan menguatkan solidaritas sosial sebagai sesama anak bangsa dan saling menopang mengembangkan kemandirian ekonomi. Harus tangguh dan percaya diri di tengah persaingan global. Hargai dan syukuri apa yang dimiliki, terutama kearifan lokal atau local wisdom, dan jadikan itu stimulus karya nasional bahkan global."
“Maka dari itu, ayo penerus bangsa. Kalian syubbanul yaum rijaluil ghod, dimana kalian sekarang pemuda, dan kalianlah yang kelak menjadi pemimpin. Maka ayo ambil porsi dan peluang untuk terus berkarya. Genzy jangan gengsi, tapi ayo perkuat aksi. Buat karya nyata dalam dunia ekonomi kreatif atau produktif untuk meningkatkan kesejahteraan kalian kelak. Jika kalian sejahtera, maka Indonesia pun akan menjadi negeri yang selalu membawa bahagia,” tambahnya.
Sedangkan Ali Kuncoro, di tengah launching klinik Perisai Selasa kemarin, menyampaikan tentang harapannya meredam NEET.
“NEET ini harus menjadi atensi utama untuk diredam. Karena keberhasilan Indonesia menjadi negara adidaya atau Indonesia Emas pada 2045 ditentukan oleh generasi muda saat ini. Harus ada road map untuk mendorong pemuda terus kreatif, terutama dalam sektor ekonomi.”
"Indonesia Emas tahun 2045 ditentukan oleh generasi muda, maka anak muda Jawa Timur harus melakukan upaya-upaya seperti mempunyai mimpi besar, tapi selesaikan dulu mimpi-mimpi sendiri, dan mimpi itu harus besar untuk Indonesia. Oleh karena itu, mimpi kita bersama adalah Pemuda Jatim menciptakan atau memiliki ekonomi kreatif," tambahnya.
“Oleh sebab itu, saya mengajak anak-anak muda mengambil peluang besar dalam dunia usaha. salah satunya memahami NIB sebagai syarat wajib yang harus dimiliki oleh setiap pelaku usaha, karena mereka harus menjadi pelaku usaha. Sedangkan Klinik Perisai pelayanan untuk NIB, merupakan rangkaian dalam program Jempol Mempesona yang saya harap benar-benar direspon aktif oleh kaum muda,” harapnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Paripurna Luar Biasa DPD RI Putuskan Pemilihan Pimpinan Sistem Paket
- Satukan Layanan Izin Usaha Mikro dan Kecil, Pemkot Mojokerto Buka Klinik Perisai
- Ketua DPD RI Ukir Sejarah di Jatim, Bangun Kantor Perwakilan Rp16,2 M di Tengah Moratorium