Problematika Pendidikan di Banyuwangi, Gus Ali Makki: Kuncinya Kita Waras Bersama dan Dimulai dari Pemimpinnya

Cabup Kepala Daerah dari Paslon Ali-Ali, Gus Ali Makki makan bersama emak-emak Aqshona Banyuwangi/RMOLJatim
Cabup Kepala Daerah dari Paslon Ali-Ali, Gus Ali Makki makan bersama emak-emak Aqshona Banyuwangi/RMOLJatim

Komitmen pasangan Calon Bupati Banyuwangi nomor urut 2, Moh. Ali Makki pada Pilkada Serentak 2024 sebagai ajang adu ide dan gagasan terus digulirkan.


Alumni Ponpes Alfalah Ploso Kediri ini, Gus Ali Makki- sapaan akrabnya, mampu mengurai problematika menahun yang terjadi di dunia pendidikan. Baik kaitan pungutan liar (pungli) yang diatasnamakan sumbangan hingga oknum sekolah jual bahan dan baju seragam dengan tarif mahal.

“Kuncinya hanya satu kita waras bersama, karena di Banyuwangi ini kalau tidak waras bersama tidak selesai itu,” tegasnya kepada wartawan, Selasa (24/9/2024).

Menurutnya untuk memberantas praktik pungli yang umum terjadi di masa penerimaan peserta didik baru, kegiatan Agustus-an dan saat peringatan hari-hari besar tidak memerlukan program khusus.

“Programnya hanya mulai dari bupati sampai tingkat bawah harus waras bersama. Selesai semua setelah itu ‘mendem jero-mikul duwur’. Kita mulai miqat yang baru, kita mulai bersama-sama, yang sudah-sudah nggak usah diungkit-ungkit,” beber Gus Ali Makki yang berpasangan dengan Ali Ruchi itu.

Ia menegaskan, bahwa sesuatu yang salah dan tidak sesuai dengan amanah Undang-undang tidak sepatutnya diberi ruang bergerak. Tentunya, juga membutuhkan ketegasan dari pemimpin di daerah.

Apalagi, telah diketahui bersama adanya regulasi yang tidak bisa diutak-atik bahwa 20 persen dari total APBD, khusus dialokasikan untuk pendidikan di setiap daerah.

Cabup Banyuwangi dari Paslon Ali-Ali ini meyakinkan, dengan anggaran sebesar itu diperlukan cara berpikir yang tepat. Yakni, merubah mindset dari pembiayaan pendidikan menjadi investasi untuk generasi anak negeri.

“Di undang-undang sudah disebutkan bahwa ada 20 persen dari total anggaran, tetapi cara berpikir bahwa di dunia pendidikan dihitung sebagai pembiayaan ini yang bikin ruwet semua,” cetusnya.

Karena, dengan merubah cara berpikir dari mendanai menjadi investasi tidak akan ada lagi istilah untung rugi, kecuali hasil yang dapat dipanen bersama-sama nantinya.

Jika hal itu dijalankan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) akan naik dan merata hingga mampu menekan angka putus sekolah.

“Masyarakat kita itu bisa baca, yang mana boleh dilakukan dan mana yang nggak boleh dilakukan.

“Kalau sudah hitung-hitungannya tidak untung rugi, para kepala sekolah nanti akan kita beri pengertian. Kan tidak mungkin mereka itu melakukan kalau tidak ada penyebabnya. Secara teknis biar diurus sama Kepala Dinas Pendidikan, ini teknis,” beber Cabup Ali-Ali yang populer dengan tagline ‘Banyuwangi Hebat Rakyat Bahagia’.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news