Eko Yulianto: Petani Butuh Perlindungan, Harga Tembakau Harus Stabil

Anggota DPRD Jatim Eko Yulianto/ist
Anggota DPRD Jatim Eko Yulianto/ist

Anggota DPRD Jawa Timur Eko Yulianto menerima keluhan petani tembakau di kabupaten Jember dan Lumajang. Para petani resah karena harga tembakau saat musim panen di wilayah itu menurun dari Rp 77 ribu menjadi Rp 55 ibu per kilogram.


Kondisi itu membuat banyak petani tembakau merugi, karena hasil panen tidak bisa menutupi biaya produksi.

 “Jadi saat musim panen tiba para petani mengeluh karena harga jatuh tidak balik modal,” katanya usai rapat paripurna di DPRD Jatim pada Kamis (31/10/2024).

 Anggota DPRD Jatim dari Dapil Jember-Lumajang itu mengatakan, merosotnya harga tembakau itu diduga karena permainan tengkulak yang memiliki gudang di wilayah tersebut. Saat panen, mereka menolak menyerap tembakau yang dihasilkan petani, sehingga harganya jatuh.

 “Padahal kalau pabrik rokok berapapun mereka bisa menerima. Tapi ini pemilik gudangnya seakan akan enggan menampung alasannya gudangnya full,” jelasnya.

 Yulianto mengaku, para petani meras kebingungan ketika tembakau mereka tidak terserap. Sehingga, mereka memilih melepas tembakaunya dengan harga murah.

 “Padahal biaya pupuk dan obat-obatan yang dikeluarkan petani sangat besar,” tambahnya.

 Oleh karena itu, kader PDIP itu mendesak agar Pemprov Jatim memberikan bantuan agar tembakau yang dihasilkan petani bisa terserap dengan harga yang sesuai di pasaran.

 “Kalau bisa ada intervensi dan pemerintah menentukan Harga Eceran Tertinggi (HET) tembakau dari petani,” tambahnya.

Selain merosotnya harga tembakau, para petani juga mengeluhkan sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi dari pemerintah. Kondisi itu membuat biaya produksi para petani ketika musim tanam membengkak.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news