Penyebab industri tekstil Indonesia lesu adalah membanjirnya barang impor dengan harga kompetitif atau murah.
- Bank Jatim Apresiasi Kepemimpinan Khofifah Dalam Pemulihan Ekonomi
- Utang dan Defisit Disorot DPR, Sri Mulyani Klaim Anggaran Belanja Cukup Besar
- Buka Jatim Fest 2024, Pj Gubernur Adhy Optimistis Jadi Katalisator Pertumbuhan UMKM Jatim
Dikatakan anggota Komisi XI DPR RI Charles Meikyansah, banjirnya produk tekstil impor, industri tekstil lokal menjadi kalah bersaing.
Akibatnya beberapa perusahaan tekstil gulung tikar atau melakukan efisiensi dengan pengurangan karyawan yang berujung badai PHK.
Untuk itu, Charles berharap Pemerintah memberi kebijakan stimulus bagi para pelaku usaha tekstil.
Sebab, kata Charles, industri tekstil juga banyak menyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
“Industri tekstil ini kan industri padat karya yang menyerap jutaan tenaga kerja dan berkontribusi besar terhadap PDB (produk domestik bruto)," kata Charles Meikyansah dalam keterangan tertulisnya dimuat RMOL, Jumat (1/11).
Termasuk perusahaan besar seperti PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) yang banyak mengekspor produknya ke luar negeri.
Charles menyatakan, DPR siap mengawal kebijakan-kebijakan yang mendukung daya saing industri domestik, seperti industri tekstil. Misalnya dengan pengetatan impor dan insentif bagi produksi lokal.
Sebelumnya pengusaha menilai, salah satu penyebab banjirnya barang impor adalah karena adanya Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan pengaturan impor. Pihak pengusaha berharap Pemerintah bisa merevisi aturan ini.
“Pada intinya kita ingin agar industri di dalam negeri, termasuk industri tekstil dapat dijaga dari persaingan tidak sehat. Jadi memang harus ada intervensi yang mendukung dan menjaga iklim industri di Indonesia,” tutup Charles.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- MA Menolak Kasasi, Sritex Tetap Pailit