- Masalah Dalam Pabrik Influencer
- Gawat, Data Pribadi Ternyata Gampang Dicuri
- GAI Melengkapi Inovasi Tiada Henti
JAGAT intelijen selalu lekat pada kegiatan negara. Utamanya kegiatan keamanan sekaligus pertahanan negara. Kerja-kerja intelijen menghasilkan produk untuk menjaga keamanan sekaligus pertahanan. Diberikan hanya kepada pemimpin tertinggi suatu negara agar sang pemimpin pada gilirannya membuat kebijakan yang pas serta tepat merespon situasi. Baik pada masa perang maupun pada saat damai.
Nyaris satu abad lebih, peran dan fungsi intelijen tak bisa dilepaskan dari negara. Pandangan tradisional terhadap intelijen itu belakangan mulai ditantang, tatkala sektor swasta berkembang pesat dan maju. Apalagi sektor swasta telah menjadi tumpuan harapan bagi negara untuk membiayai berbagai kegiatan aktor negara. Sebagaimana diketahui, pemasukan negara berasal dari pajak, beragam pungutan dan hutang. Dan sektor swasta menyumbang pajak serta berbagai pungutan itu sangat besar kepada negara.
Wajar saja jika kemudian sektor swasta pun ingin mengamankan sekaligus mempertahankan berbagai kegiatannya agar bisa terus menyumbang pajak kepada negara. Sayangnya, sektor swasta tak bisa memperoleh informasi berkualifikasi intelijen dari negara, sebab informasi jenis ini khusus hanya untuk aktor-aktor negara. Bukan untuk sektor swasta, pun bukan untuk para pebisnis.
Buku ini ditulis melalui pengamatan seksama pada sejarah intelijen keamanan sektor swasta. Pengamatan tersebut menantang teori intelijen ortodoks dengan mengidentifikasi kesenjangan dalam studi intelijen tradisional. Sebagian besar studi intelijen tidak lengkap, berkonsentrasi pada peran negara dan rahasianya, sehingga mengabaikan kegiatan intelijen yang terjadi di luar negara. Akibatnya, aktor-aktor negara acap meremehkan peran aktor non-negara seperti perusahaan dalam lanskap hubungan internasional yang ditandai oleh persaingan ekonomi negara-negara besar.
Penulis buku ini, Lewis Sage-Passant, adalah pengajar mata kuliah intelijen dan spionase di Institut Ilmu Politik Prancis, Sciences Po, Paris, Prancis. Fokusnya, pada dinamika intelijen yang dikembangkan perusahaan serta sektor swasta. Buku yang ditulisnya ini berisi empat bab ditambah pendahuluan dan kesimpulan. Diawali dengan survei literatur dan metodologi yang digunakan, lalu masuk ke sejarah intelijen sektor swasta. Dijelaskan, sejarah lembaga intelijen bisa dilacak hingga perang dunia pertama, meski sesungguhnya kegiatan intelijen sendiri sejarahnya jauh lebih tua.
Kehadiran lembaga-lembaga intelijen yang lebih belakangan dibanding kegiatan intelijen, selalu berkait dengan perang. Termasuk berkelindan dengan revolusi industri dan revolusi Prancis. Ada kebutuhan memperoleh informasi presisi, bukan sekadar rumor atau bisik-bisik. Para aktor dalam lembaga intelijen kemudian mengembangkan proses, penilaian, produk lalu evaluasi terhadap seluruh kegiatan intelijen. Tujuannya bukan lagi untuk mengembangkan kegiatan intelijen, namun juga untuk melihat berbagai peluang, kemungkinan atau prediksi di masa mendatang.
Bahkan kehadiran lembaga intelijen milik negara faktanya juga banyak yang berasal dari kegiatan intelijen yang telah dilakukan sebelumnya oleh sektor swasta. Misalnya, Biro Layanan Rahasia (Secret Service Bureau) dari pemerintah Inggris yang dibentuk pada 1909, kenyataannya berasal dari sebuah kantor detektif swasta (hlm.86). Pada tahun yang sama, tokoh Jerman yang mengepalai unit pemantauan gerak-gerik intelijen Inggris, Gustav Steinhauer, juga awalnya dilatih di kantor detektif swasta Pinkerton. Begitupula dengan operasi-operasi intelijen Uni Sovyet di bumi Ratu Elizabeth, juga berkedok sebagai perusahaan swasta.
Hubungan aktivitas dagang dan kegiatan mata-mata ini dalam sejarahnya bisa juga dilacak pada suku Aztec pada tahun 1345 dan 1521. Suku ini mengembangkan sosok yang disebut sebagai ''pedagang cum mata-mata''. Sosok semacam ini juga ada di daratan Hindustan, Eropa dan wilayah-wilayah lain. Kenyataan ini menunjukkan bahwa negara membutuhkan kehadiran pedagang yang sekaligus bisa berperan sebagai mata-mata. Diplomasi bisnis bisa lebih luwes untuk mengumpulkan berbagai informasi penting, aktual dan relevan untuk membuat kebijakan negara.
Akhirulkalam, kegiatan intelijen dewasa ini tak lagi melulu memenuhi kebutuhan negara. Harus melampaui itu. Yakni, wajiba merangkul dunia bisnis, dan bahkan dunia bisnis berkepentingan terhadap akurasi informasi yang penting, aktual dan relevan agar tidak tersesat dalam menentukan keputusan bisnis.
Penulis adalah akademisi dan periset
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Masalah Dalam Pabrik Influencer
- Gawat, Data Pribadi Ternyata Gampang Dicuri
- GAI Melengkapi Inovasi Tiada Henti