Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi terus bergerak mencari penyebab banjir yang terjadi di Surabaya kemarin, selain faktor cuaca buruk.
- Hadapi Cuaca Extrem, BPBD Surabaya Siagakan Personil di 11 Titik Rawan Banjir Rob
- Langganan Banjir, Warga Gunung Anyar Minta BBWS Brantas Plengseng Sungai Avur
- Banjir Tiap Tahun, Warga dan LPMK Se-Kecamatan Gununganyar Tagih Janji BBWS Normalisasi Sungai Avur
Tanpa menunggu lama, pagi ini, Rabu (11/12/2024) Wali Kota Eri langsung menggelar inspeksi mendadak (sidak) di beberapa titik, salah satunya Bozem Simo yang diduga menjadi penyebab banjir.
Dalam sidak yang disiarkan secara langsung melalui akun Instagram pribadinya, Eri menemukan penyebab yang selama ini sudah diduganya.
Eri mengaku kemarin sempat berkeliling sendirian hingga malam untuk memantau situasi banjir di sejumlah wilayah Surabaya, Selasa (10/12/2024), saat hujan angin melanda Kota Surabaya.
“Tadi malam saya keliling sendiri, jam 11 malam terus ke sini (lokasi banjir). Saya ingin lihat langsung kondisi di lapangan, jadi gak nunggu diajak anak buah,” ujar Eri, usai sidak Plengsengan Sungai Simo yang jebol, Selasa (10/12/2024).
Menurut Eri, langkah itu dilakukannya agar ia bisa memahami situasi sebenarnya tanpa adanya laporan yang mungkin tidak sepenuhnya akurat.
“Kalau saya gak jalan sendiri tadi malam, mungkin saya gak tahu kondisi sebenarnya. Makanya, saya mutuskan jalan sendirian," tambahnya.
Eri juga sempat meninjau saluran air yang terhubung ke beberapa wilayah rawan banjir. Saat inspeksi tersebut, ia menemukan bahwa air dari saluran tidak mengalir dengan baik, yang menjadi salah satu penyebab genangan di sejumlah kawasan.
“Saya tadi malam ke beberapa lokasi, termasuk bozem. Saya lihat sendiri airnya gak keluar, padahal saluran ini seharusnya lancar. Kalau saya gak keliling sendiri, mungkin saya gak tahu ini,” jelasnya.
Eri juga menyoroti adanya lahan bozem tersebut ternyata digunakan sebagai tempat penampung sampah yang mengakibatkan air yang akan ditampung ke bozem terhambat. Padahal, di sekitar kawasan inj sudah ada TPS, yang lahannya cukup luas menampung sampah.
Ia pun meminta DLH segera menata ulang area tersebut agar tidak ada lagi sampah yang menumpuk di sekitar bozem.
“TPS di sini harus ditata ulang. Jangan ada lagi gerobak sampah yang ditumpuk sembarangan. Sampah ini menjadi salah satu penyebab bozem tidak berfungsi dengan baik,” ujarnya.
Eri menjelaskan, Bozem Simo seharusnya berfungsi menampung dan mengatur aliran air dari sejumlah kawasan, seperti Dukuh Kupang Barat, SWK, hingga Kampung Air. Namun, bozem tersebut tidak berfungsi optimal karena dipenuhi sampah.
Bozem ini besar sekali, seharusnya bisa menampung air dari Dukuh Kupang sampai Simo. Tapi sekarang fungsinya terganggu karena sampah menumpuk. Kalau tidak dikeruk, air yang masuk ke bozem pasti meluap dan menyebabkan banjir,” ujar Eri.
Bozem Simo ini, lanjut Eri, menerima aliran air dari berbagai wilayah, termasuk Dukuh Kupang Barat 1, Dukuh Kupang Barat Lebar, Dukuh Kupang 20, dan Dukuh Kupang 25.
Dengan fungsi vital seperti ini, seharusnya bozem mampu mencegah genangan atau banjir jika dikelola dengan baik.
“Logikanya, kalau bozem ini berfungsi dengan baik, tidak mungkin ada banjir. Tapi karena sampah menumpuk, air tidak bisa ditampung dengan maksimal,” ungkapnya.
Eri juga menjelaskan bahwa banjir yang terjadi kemarin adalah murni faktor cuaca, yakni hujan dengan intensitas sangat tinggi disertai angin kencang, namun meski begitu, Eri tetap berupaya untuk mencari solusi pada wilayah yang menghambat aliran air.
"Lek Iki wes alam cak, kali Wonokromo wes peres. Iki lek udan maneh pasti banjir. (Kalau ini sudah alam mas, sungai Wonokromo debit airnya sudah tinggi, sejajar dengan bibir sungai. Kalau hujan lagi sudah pasti banjir," ujar Eri.
Namun dibalik kondisi banjir di sejumlah wilayah, terdapat lokasi-lokasi tertentu yang mendapat apresiasi dari masyarakat. Wilayah yang sebelumnya menjadi langganan banjir parah, kemarin justru tak tersentuh oleh genangan air lantaran keberhasilan proyek box culvert dari Pemerintah Kota Surabaya. Salah satunya di wilayah Dukuh Kupang Barat, seperti yang dituturkan oleh Ketua RW 8 Putat Jaya, Sawahan, Mikrah, yang menyebut adanya perubahan besar atas pembangunan gorong-gorong diwilayahnya.
“Saya sudah tanya ke warga, semuanya merasakan ada perubahan. Kalau dulu, hujan deras pasti banjir lama. Sekarang, kalau ada genangan, cepat surut setelah hujan reda,” ujar Mikrah, Rabu (10/12/2024).
Proyek box culvert yang baru dibangun selesai pada Agustus 2024 lalu, terbukti efektif menahan debit air besar selama hujan deras. Mikrah menegaskan, gorong-gorong ini telah berfungsi maksimal tanpa terdampak banjir.
“Saluran (box culvert) benar-benar membantu warga," tegasnya
Hujan deras sebelumnya pernah menyebabkan banjir besar pada 4 April 2024 di Dukuh Kupang. Saat itu, genangan air mencapai setinggi dada hingga kepala orang dewasa di RT 4, RW 7. Namun, dengan adanya perbaikan infrastruktur, kondisi tersebut tidak lagi terjadi.
Dukuh Kupang Barat telah menjadi langganan banjir sejak 1991 akibat topografi rendah dan kapasitas saluran air yang terbatas. Namun, perbaikan gorong-gorong menjadi langkah nyata untuk mengurangi dampak banjir di kawasan ini.
“Proyek ini sangat membantu. Kami berharap pemerintah terus melanjutkan perbaikan, khususnya di saluran-saluran lama seperti di Dukuh Kupang 15,” tutup Mikrah.
Menanggapi hal ini, Eri Cahyadi membenarkan bahwa pada kawasan yang sebelumnya menjadi fokus pembenahan Pemkot, tidak terjadi banjir yang signifikan. Jika terdapat genangan tak butuh waktu lama untuk surut.
"Kalau yang dikerjakan oleh Pemkot sudah tidak ada genangan sama sekali. Tidak seperti dulu yang harus menunggu berjam-jam. Kita akan bertahap menyelesaikan masalah ini. Mohon doa dan partisipasi dari masyarakat Surabaya," pungkas Eri.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Hadapi Cuaca Extrem, BPBD Surabaya Siagakan Personil di 11 Titik Rawan Banjir Rob
- Langganan Banjir, Warga Gunung Anyar Minta BBWS Brantas Plengseng Sungai Avur
- Banjir Tiap Tahun, Warga dan LPMK Se-Kecamatan Gununganyar Tagih Janji BBWS Normalisasi Sungai Avur