- Prabowo Subianto: Saya Diejek, Difitnah dan Dihina, Jogetin Saja!
- Mengapa Pelaku KDRT Tak Ditahan?
- Marah Harian
Pilkada 2024 telah berlalu, meninggalkan euforia kemenangan dan getir kekalahan. Di belakang keramaian pesta demokrasi, muncul 'spesies baru' yang mendadak ingin ikut eksis.
"Spesies" ini adalah makhluk hidup yang tiba-tiba mengaku juga turut andil besar dalam kemenangan calon pemimpin daerah. Makhluk ini sekarang sangat sibuk ke sana-sini menceritakan "kepahlawanan" mereka.
Padahal, mungkin saja selama kampanye, golongan ini hanya duduk manis di rumah! Menempati kursi di pojokan ruang mencari posisi aman. Tak pernah berani secara terang-terangan memberikan dukungan kepada pasangan manapun.
Fenomena ini bagian dari beberapa golongan manusia yang sering ditemui di tengah-tengah masyarakat, antara lain, golongan pejuang, adalah kelompok yang berusaha keras, menyumbangkan tenaga dan pikiran demi menangkan pasangan calon yang mereka dukung.
Golongan yang lain adalah kubu penantang, kelompok ini berusaha menentang kekuasaan yang ada. Mereka tidak sepakat dengan program dan visi calon yang menang, dan terus berusaha mengoreksi dan menentang langkah-langkah calon yang menang.
Berbeda gerombolan yang terakhir, disebut pecundang, makhluk dari spesies ini biasanya hanya akan datang di tempat yang sudah dinyatakan siapa pemenangnya. Jenis spesies ini biasanya menampakkan diri di hadapan pemenang seperti tukang bambu, menginjak yang kalah dan menjunjung pemenang.
Salah seorang tim utama pemenangan pasangan yang terpilih bertutur. Sehari paska jagoannya dinyatakan menang dalam perolehan suara, WA miliknya dibanjiri pesan dari banyak orang yang mengaku ikut memobilisasi massa untuk memberikan dukungan.
Lain dari itu, ia juga menceritakan tentang seseorang yang semula diketahui sangat getol mendukung lawan. Seketika setelah berita kemenangan diumumkan, mereka langsung menampakkan diri sekaligus menyatakan bahwa dirinya sejak awal memang berpihak dan mendukung bupati terpilih.
Momen pasca-pilkada merupakan saat yang tepat untuk bercermin. Melakukan kontemplasi dan introspeksi diri serta memungut pelajaran dari pengalaman pilkada yang baru saja berlalu.
Menang memang menyenangkan, tapi jangan sampai kemenangan jadi lupa daratan! Membanggakan diri dan golongan karena sudah menang itu wajar, tapi jangan sampai jadi merasa lebih hebat dari kubu yang lain.
Karena yang baru menang adalah pemimpin rakyat semua golongan, bukan cuma kelompok pendukungnya. Sayang sekali jika kemenangan jadi alat untuk menghina dan menyinggung kelompok lain.
Di sisi lain paska pilkada di tengah euforia kemenangan, seringkali ditemui orang yang baru muncul dan ingin terlihat dekat dengan pemenang.
Bahkan tak sidikit ada orang yang "nyaman" mengakui diri sebagai orang yang telah ikut memenangkan. Orang-orang ini berusaha cari muka, menjelek-jelekkan lawan, dan mengatakan diri sudah berjuang sejak awal.
Padahal pemenang tahu kok siapa saja yang benar-benar mendukung sejak awal. Mereka lebih menghargai lawan yang bersaing sengit selama kampanye, daripada orang yang baru muncul setelah kemenangan diraih.
Para "pahlawan kesiangan" itu cuma mau menambah popularitas dan mencari keuntungan pribadi. Mereka tak sadar bahwa perjuangan selama pilkada bukan pertunjukan sandiwara, tapi dedikasi dan ketulusan.
Tidak ada tempat dan ruang yang bermartabat bagi pahlwan kesiangan. Tak ada kemuliaan bagi pemenang yang menyombongkan diri. Begitupula akan lebih bermakna dan bijaksana menerima kenyataan bahwa dalam setiap pertarungan ada menang dan kalah.
*Moh Hasan adalah jurnalis RMOL Jatim.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Viral Rencana Saksi Paslon 02 Diberi CTM: Dokter Kecam Penyalahgunaan Obat untuk Kecurangan Pilkada
- Bayu Airlangga Dukung Pilkada Lewat DPRD: Hemat Biaya, Tingkatkan Kualitas Pemimpin
- Selingkuh ke Paslon Lain, Kader PPP Probolinggo Dipecat