Menghadapi Potensi Bencana Akibat La Nina: Fraksi NasDem Jatim Dorong Pemprov Proaktif Antisipasi Banjir

foto/RMOLJatim
foto/RMOLJatim

Menghadapi dampak perubahan iklim global yang semakin nyata, terutama fenomena La Nina yang berpotensi meningkatkan curah hujan di musim penghujan 2025, ketua Fraksi Partai NasDem DPRD Jawa Timur, M Nasich Ashchal, mengingatkan pemerintah provinsi untuk lebih proaktif dalam melakukan antisipasi terhadap potensi bencana, terutama banjir, yang kerap melanda wilayah Jawa Timur.


Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim penghujan diprediksi terjadi pada kisaran Januari hingga Februari 2025, dengan intensitas hujan yang cukup tinggi.

"Potensi banjir susulan atau genangan air yang cukup tinggi di beberapa daerah di Jawa Timur yang sudah menjadi langganan banjir perlu diantisipasi dan ditangani dengan baik, mulai dari hulu hingga hilir," ujar Lora Nasich, sapaan akrab M Nasich Ashchal, saat dikonfirmasi pada Selasa (7/1/2025).

Lora Nasich menekankan pentingnya penanganan banjir yang tidak dilakukan secara sepotong-sepotong, melainkan secara komprehensif dan terintegrasi.

"Permasalahan dari hulu ke hilir harus dikaji dengan benar. Kita tahu, penggundulan hutan dan pengembangan lahan untuk pemukiman atau bangunan mengurangi daerah resapan air, yang pada gilirannya meningkatkan debit air yang mengalir ke sungai, sehingga berpotensi menyebabkan banjir," ungkapnya.

Ia juga menyoroti permasalahan sungai sebagai salah satu faktor utama yang dapat memicu banjir.

"Penting adanya sinergi antara berbagai pihak terkait, baik itu BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai), Pemprov Jatim, dan pemerintah kabupaten/kota. Kolaborasi ini perlu dilakukan untuk menghasilkan solusi terbaik dalam mengatasi permasalahan sungai," tambahnya.

Selain itu, Lora Nasich mengingatkan perlunya peningkatan kesadaran masyarakat terkait kebersihan sungai. Sampah yang terbawa ke sungai, seperti enceng gondok, bambu, dan batang pohon, dapat menghambat aliran air, sehingga meningkatkan potensi terjadinya banjir.

"Penyempitan dan pendangkalan sungai, serta tanggul yang sudah dalam kondisi kritis, juga menjadi problematika yang harus segera ditangani," tegasnya.

Lora Nasich juga menekankan pentingnya tindakan pencegahan yang lebih masif dan terkoordinasi.

"Penanganan banjir tidak bisa hanya bersifat aksi dan reaksi. Kita perlu lebih fokus pada pencegahan agar anggaran dapat digunakan lebih efektif dan optimal," jelasnya.

Upaya pencegahan yang bisa dilakukan, menurutnya, antara lain normalisasi sungai, penguatan dinding tanggul, serta himbauan dan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan dan sungai.

Senada dengan itu, Wakil Ketua Komisi D DPRD Jatim, Khusnul Arif, juga menyoroti dua hal penting yang perlu menjadi perhatian serius pemerintah saat ini. Pertama, tentang cuaca ekstrem yang mengarah pada musim penghujan dengan curah hujan tinggi. Pemprov Jatim perlu lebih waspada dan melakukan koordinasi dengan BMKG serta OPD terkait untuk memantau kondisi cuaca dan memastikan kesiapsiagaan daerah-daerah rawan banjir.

Khusnul Arif juga menyoroti wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang ternak sapi di sejumlah daerah di Jawa Timur.

"Upaya pencegahan dan penanggulangan PMK perlu terus dilakukan, termasuk dengan melakukan sosialisasi secara massif mengenai vaksinasi dan penanganan PMK agar penyebarannya tidak semakin meluas," ujarnya.

Dua isu penting ini, menurut Khusnul Arif, harus menjadi perhatian utama Pemprov Jatim agar dapat mengatasi potensi bencana dan masalah kesehatan hewan dengan cepat dan efektif.

"Jawa Timur saat ini menghadapi beberapa tantangan, dan kami berharap Pemprov Jatim dapat menghadapinya dengan lebih serius," pungkasnya.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news