Dua dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang berlokasi di Desa Sidorejo, Kecamatan Kebonsari, kabupaten Madiun siap beroperasi menyajikan ribuan porsi makanan sehat setiap harinya, dan dijadwalkan mulai memproduksi makanan pada bulan Mei ini.
- Kurangj Kasus Stunting di Sidoarjo, Arzeti Bilbina: Jawa Timur Perlu Perhatian Khusus
- Bersama Mitra Kerja, Sosialisasi Program MBG di Wiyung Surabaya Terbilang Sukses
- Usulan Penghapusan Anggaran Makan Bergizi Gratis di Sidoarjo Tuai Kontroversi
Wakil Kepala I Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan Republik Indonesia (BP Taskin RI), Nanik S. Deyang, menjelaskan bahwa kedua dapur tersebut berada di bawah koordinasi Satuan Pelayanan dan Pemenuhan Gizi (SPPG). Tujuannya tidak hanya untuk menangani persoalan kemiskinan, tetapi juga untuk menurunkan angka stunting di wilayah tersebut.
“Dua dapur sudah siap beroperasi bulan ini. Ke depannya, total akan ada enam dapur MBG yang dibangun di Sidorejo—empat di Dusun Kalilumbu, satu di Penjalinan, dan satu lagi di Balungsari,” ungkap Nanik dalam acara peluncuran di Kalilumbu, Jumat 3 Mei 2025.
Ia menambahkan, setiap dapur ditargetkan mampu memproduksi 3.000 hingga 3.500 porsi makanan sehat setiap hari. Penerima manfaat mencakup siswa dari tingkat taman kanak-kanak hingga SMA, para santri pondok pesantren, balita, serta ibu hamil dan menyusui yang berdomisili di Kecamatan Kebonsari dan sebagian wilayah Geger.
Lebih dari sekadar pemenuhan gizi, program ini juga diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
“Satu dapur bisa menyerap hingga 47 tenaga kerja dari warga sekitar. Selain itu, petani, peternak, dan pelaku UMKM akan dilibatkan sebagai penyedia bahan baku makanan,” ucap Nanik.
Sementara itu Bupati Madiun Hari Wuryanto, menyambut baik pelaksanaan program ini. Ia menilai bahwa MBG memiliki efek berlapis yang sangat positif. “Program ini bukan hanya tentang pemenuhan nutrisi, tapi juga menjadi alat pemberdayaan ekonomi desa. Para pelaku sektor pertanian dan peternakan bisa terlibat langsung dalam rantai pasoknya,” jelas Hariwur, sapaan akrab Bupati Madiun.
Tak hanya itu, pemerintah daerah juga tengah menyiapkan program Sekolah Rakyat sebagai upaya lanjutan untuk membantu anak-anak dari keluarga prasejahtera agar mendapatkan akses pendidikan layak.
“Ketika akses pendidikan terbuka, maka peluang memutus rantai kemiskinan dari hulunya semakin besar,” tambahnya.
Diperkirakan, setidaknya 36 dapur MBG dibutuhkan untuk menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Madiun. Proses pemetaan lokasi terus dilakukan dengan melibatkan TNI dan Polri untuk memastikan kesiapan infrastruktur dan keamanan operasional.
Deputi Penyediaan dan Penyaluran Badan Gizi Nasional (BGN), Suardi Samiran, turut menyampaikan bahwa pihaknya akan mengirimkan Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) ke setiap dapur.
“Setiap unit dapur akan didukung oleh tiga tenaga SPPI: kepala dapur, ahli gizi, dan akuntan. Target kami, seluruh dapur sudah berjalan optimal pada pertengahan Mei,” ujarnya.
Untuk menjaga kelangsungan pasokan, bahan pangan tidak hanya akan diambil dari Kabupaten Madiun, tetapi juga akan didatangkan dari daerah sekitar seperti Ponorogo dan Magetan. Langkah ini diambil demi menjamin ketersediaan dan keberlanjutan program dalam jangka panjang.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Kurangj Kasus Stunting di Sidoarjo, Arzeti Bilbina: Jawa Timur Perlu Perhatian Khusus
- Bersama Mitra Kerja, Sosialisasi Program MBG di Wiyung Surabaya Terbilang Sukses
- Kondisi Fiskal Sedang Terpuruk, Program MBG Jangan Bebani Keuangan Negara