Menghadapi Tantangan dan Peluang AI di Masa Depan

Annisa Azka Faizah Azzahra/dok
Annisa Azka Faizah Azzahra/dok

KECERDASAN buatan (AI) telah berkembang dengan cepat dan sekarang menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Aplikasi sederhana seperti asisten virtual (seperti Siri dan Google Assistant) hingga teknologi canggih seperti mobil otonom dan sistem diagnostik medis berbasis kecerdasan buatan, teknologi ini semakin meningkat di banyak industri. Namun, perubahan yang sangat cepat ini menimbulkan banyak pertanyaan dan kekhawatiran, terutama terkait dengan bagaimana hal ini berdampak pada lapangan pekerjaan.

AI telah berkembang jauh melampaui perkiraan banyak orang sejak pertama kali ditemukan. Dulu AI dianggap sebagai teknologi masa depan yang jauh, tetapi sekarang AI mulai menggantikan banyak tugas manusia di berbagai industri. Sistem otomatis berbasis AI mulai menggantikan manusia. Ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah pekerjaan manusia akan dihilangkan oleh kecerdasan buatan? Sebaliknya, apakah ia akan membuka kesempatan baru bagi karyawan?

Tulisan ini akan membahas tentang perkembangan kecerdasan buatan dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana dampaknya terhadap pekerjaan manusia. Sebagai bagian dari analisis ini, saya akan mempertimbangkan berbagai perspektif yang ada, baik yang optimis maupun yang skeptis, dan memberikan perspektif tentang bagaimana kita seharusnya menyikapi kemajuan ini. 

Kecerdasan Buatan dan Perkembangannya

Kecerdasan buatan, juga dikenal sebagai kecerdasan buatan (AI), merujuk pada pengembangan proses kecerdasan manusia oleh mesin, terutama komputer. Mesin dapat mengenali pola, memahami bahasa alami, belajar dari pengalaman, dan membuat keputusan dengan bantuan kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan, terutama dalam bidang pembelajaran mesin dan pembelajaran mendalam, telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Saat ini, kecerdasan buatan telah digunakan dalam berbagai bidang yang tidak terhitung jumlahnya. Salah satu contoh paling nyata antara lain, pada  bidang kesehatan, di mana AI digunakan untuk mendiagnosis penyakit lebih cepat dan lebih akurat daripada dokter manusia pada umumnya. Contohnya Fujifilm di jepang, Google Health dan Mayo Clinic. 

Pada bidang transportasi, di mana mobil otonom berjalan tanpa pengemudi, seperti yang sudah ada di beberapa negara seperti Waymo di Phoenix Arizona dan Baidu perusahaan teknologi di China.

Pada bidang industri, di mana robot menggantikan manusia dalam tugas tertentu. Contohnya di Hangzhou, Alibaba mengoperasikan pusat distribusi otomatis yang dilengkapi dengan lebih dari 700 robot AI yang bekerja tanpa campur tangan manusia.

Contoh tersebut menunjukkan bagaimana kecerdasan buatan (AI) telah diterapkan secara nyata di berbagai bidang dan telah memiliki dampak yang signifikan. AI memiliki kemampuan untuk meningkatkan akurasi diagnosa penyakit dalam bidang kesehatan, memungkinkan kendaraan otonom berjalan tanpa pengemudi, dan memungkinkan penggunaan AI untuk menggantikan pekerja manusia dalam pekerjaan yang rumit. Sementara penggunaan AI memiliki potensi besar untuk mengubah cara kita berinteraksi dan bekerja dengan teknologi, juga menimbulkan tantangan yang perlu diatasi, seperti kemungkinan penggantian tenaga kerja manusia.

Laporan McKinsey Global Institute (2021) menunjukkan bahwa AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dan dapat memberikan kontribusi ekonomi global sebesar 13 triliun dolar pada tahun 2030. Namun, potensi besar ini membawa konsekuensi yang perlu kita perhatikan, terutama terkait dengan bagaimana AI akan berdampak pada pekerjaan manusia.

Dampak AI terhadap Pekerjaan Manusia

Kekhawatiran bahwa AI akan menggantikan pekerjaan manusia di banyak industri muncul seiring dengan peningkatan penggunaan teknologi ini. Ada dua sudut pandang utama tentang perkembangan ini: satu yang percaya bahwa AI dapat membantu meningkatkan produktivitas dan membuka peluang kerja baru, dan yang lain menganggapnya sebagai ancaman bagi pekerjaan saat ini.

Teknologi berbasis AI mulai menggantikan banyak pekerjaan yang terstruktur dan repetitif. Misalnya, di industri manufaktur, robot dan sistem otomatisasi telah menggantikan banyak pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia. Asisten virtual dan chatbot sekarang dapat menangani berbagai permintaan pelanggan tanpa melibatkan manusia. AI telah berhasil mencapai tingkat akurasi dan kecepatan yang jauh melampaui kemampuan manusia dalam bidang yang lebih kompleks seperti analisis data dan pengolahan informasi.

Tren ini memiliki efek paling nyata, yaitu hilangnya pekerjaan di beberapa industri, terutama yang berkaitan dengan pekerjaan yang dapat diotomatisasi. Laporan World Economic Forum (2020) menyatakan bahwa otomatisasi yang didorong oleh AI akan menghapus sekitar 85 juta pekerjaan pada tahun 2025. Pekerjaan seperti kasir, sopir, dan petugas telemarketing adalah beberapa contoh pekerjaan yang akan digantikan oleh teknologi ini.

Meskipun ada kekhawatiran tentang kehilangan pekerjaan, ada juga orang yang optimistis tentang kemampuan AI untuk membuat pekerjaan baru. Misalnya, robot dan mesin akan menggantikan beberapa pekerjaan manual, dan AI juga akan membuka jalan bagi profesi baru di bidang teknologi seperti insinyur data, pengembang perangkat lunak AI, dan ahli keamanan siber.

Sebuah penelitian PwC (2018) menunjukkan bahwa AI akan menciptakan lebih banyak pekerjaan baru daripada menghilangkan. Perusahaan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi melalui teknologi ini, yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru.

Selain itu, AI dapat membawa inovasi di banyak bidang yang belum pernah terjadi sebelumnya. Misalnya, dalam bidang medis, pengembangan AI dapat memberi dokter dan ilmuwan lebih banyak waktu untuk berfokus melakukan riset dan pengembangan obat-obatan baru dan membuat diagnosis yang lebih akurat, yang pada gilirannya dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa.

Peluang untuk Inovasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Di tengah perubahan yang cepat ini, menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi adalah tantangan utama bagi karyawan. Untuk memastikan bahwa karyawan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, pendidikan dan pelatihan ulang sangat penting. Pemerintah dan sektor swasta harus bekerja sama untuk menyediakan program pelatihan yang relevan yang tidak hanya mengajarkan keterampilan teknis tetapi juga keterampilan yang sulit digantikan oleh mesin, seperti empati, kepemimpinan, dan kreativitas.

Penciptaan kebijakan yang melindungi pekerja yang terkena dampak otomatisasi juga penting. Untuk mengurangi efek negatif dari transisi menuju ekonomi berbasis kecerdasan buatan, program jaminan sosial dan perlindungan pekerjaan harus ditingkatkan. Kebijakan yang mendukung pekerja akan memastikan bahwa mereka tetap mendapat kesempatan untuk berkembang meski teknologi semakin maju.

AI bukanlah musuh bagi pekerjaan manusia; sebaliknya, itu adalah alat yang dapat digunakan untuk mempercepat inovasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan memanfaatkannya dengan bijak, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih produktif dan inklusif di mana manusia dan mesin bekerja sama, bukan bersaing. Oleh karena itu, melakukan sesuatu dengan cara yang adil dan mempertimbangkan adalah penting untuk memasuki era baru.

Kesimpulannya, meskipun kemajuan dalam kecerdasan buatan dalam kehidupan sehari-hari memiliki banyak manfaat, namun ia juga memiliki banyak masalah, terutama terkait dengan bagaimana hal itu berdampak pada pekerjaan manusia. Teknologi dapat menggantikan pekerja manusia di beberapa industri, tetapi juga membuka peluang baru di bidang lain. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mempersiapkan diri dengan pendidikan dan keterampilan yang relevan, serta membuat peraturan yang memungkinkan transisi pekerja yang adil.

Kecerdasan buatan tidak hanya akan menjadi alat untuk meningkatkan produktivitas di masa depan, tetapi juga akan menjadi tantangan dan peluang untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi seluruh umat manusia. Sangat penting bagi kita sebagai masyarakat dan individu untuk menangani perubahan ini dengan bijak, memastikan bahwa kemajuan teknologi akan menguntungkan semua orang.

*Mahasiswa Hukum Keluarga Islam, Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta

Daftar Pustaka

McKinsey Global Institute. (2021). "The Future of Work: How AI Will Impact Employment." McKinsey & Company.

World Economic Forum. (2020). "The Future of Jobs Report 2020." WEF.

PwC. (2018). "Will Robots Really Steal Our Jobs?" PricewaterhouseCoopers.

Brynjolfsson, E., & McAfee, A. (2014). The Second Machine Age: Work, Progress, and Prosperity in a Time of Brilliant Technologies. W. W. Norton & Company.

McKinney, S. M., Sieniek, M., Godbole, V., et al. (2020). International evaluation of an AI system for breast cancer screening. Nature, 577(7788), 89-94. doi: 10.1038/s41586-019-1799-6.

Fujifilm Corporation. (2019). AI-Based Cancer Detection. Retrieved from Fujifilm Official Website.

Waymo. (2020). Waymo One: The Future of Ride-Hailing. Retrieved from Waymo Official Blog.

Baidu. (2021). Apollo Go Autonomous Ride-Hailing Services Launched in Changsha. Retrieved from Baidu Newsroom.

Li, J. (2019). Alibaba’s Automated Warehouse: Robotics and AI in E-Commerce Logistics. The Verge. Retrieved from The Verge.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news