Satpol PP Kota Surabaya Brutal, Tangkap dan Keler Anak Di Bawah Umur Mirip Penjahat Saat Razia PPKM

Ilustrasi Satpol PP/Net
Ilustrasi Satpol PP/Net

Satpol PP Kota Surabaya melakukan razia pada warganya di tengah perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 pada Rabu malam, (28/7).


Sayangnya razia ini terkesan membabibuta dan ngawur. Semua warga yang keluar rumah langsung ditangkapi dan kemudian dibawa ke Liponsos Keputih untuk didata dan dilakukan pembinaan. Padahal sebagian dari mereka menggunakan masker dan tidak melakukan kerumunan.

Mukhlis, salah satu warga Sukomanunggal menyesalkan penangkapan Satpol PP yang terkesan arogan tersebut. Sebab ponakannya yang bernama Yosi Saputra (15) ditangkap saat keluar dari rumah. 

"Saya tanya kesalahan keponakan saya tidak dijawab petugas Satpol PP dari Kecamatan Sukomanunggal. Bilangnya nanti akan dibawa muter-muter dan dilihatkan orang sakit. Terus dikembalikan lagi," kata Mukhlis.

Tindakan Satpol PP yang berlebihan ini sangat disayangkan pihak keluarga. Sebab Yosi masih di bawah umur. Dia tidak memiliki sakit dan secara fisik sehat. Pihak keluarga mengkhawatirkan jika anak di bawah umur itu dibawa ke Liponsos tanpa didampingi keluarga, maka akan mengganggu psikis anak tersebut.

Sementara itu Noviyanto Aji, redaktur Kantor Berita RMOLJatim juga menyesalkan tindakan Satpol PP tersebut. Menurutnya, Satpol PP terlalu berlebihan dalam menerapkan aturan PPKM Level 4.

"Saya sempat menanyakan kesalahan Yosi Saputra pada anggota Satpol PP bernama Horiri yang hendak membawa keponakan saya. Tapi tidak bisa menjawabnya dan menyuruh kita untuk bertanya ke pimpinan. Menurut saya tindakan Satpol PP Kota Surabaya terlalu keji terhadap warganya," kata  Noviyanto Aji yang juga pamn dari Yosi Saputra. 

Ditambahkan Noviyanto, tindakan Satpol PP Kota Surabaya sangat brutal. Mereka tidak pandang bulu menangkap warganya dan kemudian dikeler mirip penjahat. Terlebih, Yosi yang menjadi korban kebrutalan Satpol PP ini usianya masih di bawah umur. 

"Ponakan saya ini mau dikeler ke Liponsos Keputih. Ditunjukan ke orang-orang sakit Covid-19. Katanya mau diedukasi. Ini justru malah berbahaya. Bagaimana jika pulang nanti terus ponakan saya malah terjangkit dari orang-orang sakit itu. Padahal dia sebelumnya sehat. Kalau memang Satpol PP mau menerapkan edukasi pada anak di bawah umur, masih banyak cara seperti disuruh push up di jalan. Menurut saya tindakan ini terlalu berlebihan. Warga baik-baik dan bukan penjahat dikeler seperti  penjahat," terangnya.

Noviyanto berharap Satpol PP Kota Surabaya bisa bersikap bijak dalam menerapkan perpanjangan PPKM Level 4 dan tidak membuat takut warga Surabaya. 

"Jangan sampai hal ini terulang lagi. Kasihan warga Surabaya, mereka sudah kesusahan karena perpanjangan PPKM dan kini harus harus ditakut-takuti dengn tindakan brutal Satpol PP. Silahkan terapkan peraturan yang ada tapi jangan bersikap arogan," tutupnya.