Banyak Orangtua Stres Hadapi Pendidikan Anak, Pengamat: Jangan Ambil Peran Guru

Pengamat pendidikan, Ahmad Hariyadi saat ngobrol santai bertema 'Pentingnya Kurikulum Rumahan'/Aura Java Network
Pengamat pendidikan, Ahmad Hariyadi saat ngobrol santai bertema 'Pentingnya Kurikulum Rumahan'/Aura Java Network

Selama pandemi Covid-19 banyak orangtua yang merasa stres menghadapi pendidikan anak-anak. Pasalnya, kondisi ini membuat orangtua terpaksa menjadi guru bagi anak-anak.


Pengamat pendidikan, Ahmad Hariyadi menilai banyaknya orangtua yang stres karena salah menerapkan konsep pendidikan di rumah terutama dalam menghadapi proses belajar anak secara daring.

"Orangtua jangan mengambil alih peran guru. Sebab kalau mengambil peran guru maka sekian banyak pengetahuan harus dikuasai oleh orangtua. Ini yang membuat stres," kata Hariyadi dalam obrolan santai bertema 'Pentingnya Kurikulum Rumahan' dikutip dari channel Youtube Aura Java Network, Jumat (18/3).

Ditambahkan Hariyadi, yang bisa dilakukan orangtua selama pendidikan daring anak adalah mengambil peran sebagai fasilitator. 

"Banyak orangtua tidak menjadi fasilitator bagi anak-anaknya. Sehingga banyak dari mereka yang stres karena mengambil peran guru. Akhirnya orangtua berkomentar di Sosmed kalau mereka disuruh ngajari anak-anak maka tidak mau bayar SPP," ujar Pengurus Perguruan Tinggi Dakwah Islam (PTDI) Jatim ini.

Hariyadi tidak menampik bahwa kondisi pandemi memang sangat tidak nyaman bagi orangtua. Karena itu orangtua diingatkan untuk tidak mengambil  peran guru. 

"Kondisi ini sesuatu yang baru bagi kita. Para orangtua tidak siap menjadi fasilitator yang baik untuk anak-anaknya. Apalagi selama ini orangtua hanya menyerahkan seluruhnya pada guru. Untuk menghadapi kondisi saat ini, maka dibutuhkan ketrampilan," imbuhnya.

Hariyadi membeberkan para orangtua bisa memberikan keterampilan di abad ini diantaranya keterampilan komunikasi, ketrampilan critical thinking, dan ketrampilan kolaborasi.

"Orangtua tidak harus mengajari anak membaca dan memberi ujian. Karena semua itu adalah textbook. Di sinilah peran orangtua yakni mengajarkan anak-anak dengan keterampilan-keterampilan tadi," kupasnya.

Hariyadi mengingatkan bahwa orangtua tidak bisa selamanya lepas bongkotan pada guru. Sebab orangtua harus mulai peduli dengan pendidikan anak-anak. 

"Kata kunci untuk orangtua saat ini harus banyak belajar perkembangan informasi. Pentingnya bagi orangtua belajar memanfaatkan sumber daya yang ada," urainya. 

Sebaliknya, karena ketidakpedulian orangtua pada pendidikan anak, jangan sampai kemudian peran kita dianggap hanya memberi uang saja. 

"Peran orangtua ada yang hilang di situ. Kalau itu terjadi maka ukuran antara anak dan orangtua adalah ukuran jual beli," tandas Hariyadi.

Dia kemudian mencontohkan, saat ini mulai menjadi trend seorang anak menitipkan orngtuanya ke panti jompo. Kok bisa terjadi? Itu karena kedekatan anak dan orangtua ada kesenjangan. 

"Anak merasa tidak merasa nyaman dengan orangtuanya. Sebab peran orangtua pada saat itu dianggap sebagai tukang bayar," demikian Hariyadi.[]