Berbeda dengan Sebelumnya, Kirab Pusaka Piandel Ngawi Dianggap Kehilangan Nilai Sakral

Kirab pusaka Kabupaten Ngawi memakai kendaraan jeep.
Kirab pusaka Kabupaten Ngawi memakai kendaraan jeep.

Dalam perayaan HUT Kabupaten Ngawi ke-664, puncaknya pada 7 Juli 2022 besok digelar bermacam kegiatan, baik kemasan klasik maupun seremoni.


Untuk yang klasik berbau adat pasti dilakukan seperti ziarah ke makam sang adipati maupun gelaran jamasan pusaka piandelnya Ngawi.

Namun terkait kirab pusaka yang digelar kali ini memang berbeda jauh dari momen serupa beberapa waktu sebelumnya. 

Sekarang kirab pusaka dari Ngawi Purba menuju Pendopo Wedya Graha Kabupaten Ngawi yang berjarak sekitar 5 kilometer dilakukan memakai kendaraan jeep. 

Sebelumnya kirab pusaka dikemas cukup klasik bernilai heritage dengan memakai kereta berkuda dengan kawalan prajurit keraton. Dimana kirab pusaka yang usianya ratusan tahun meliputi dua Tumbak Kyai Singkir dan Kyai Songgolangit selain itu Payung Tunggul Warono dan Tunggul Wulung. 

Prosesi kirab itu sendiri diawali Prajurit Bergoto sebanyak 160 orang dari Kraton Solo disusul para Senopati 6 orang masing-masing menunggang kuda serta Manggoloyudho 1 orang.

"Saya menunggu sejak pagi sama cucu di pinggir jalan untuk melihat kirab pusaka. Tapi begitu lewat hanya beberapa menit masak kirab pusaka pakai kendaraan jeep," terang Sugiono warga Ngawi dikutip Kantor Berita RMOL Jatim, Rabu, (6/7).

Terpisah, Sastro Pemot salah satu pemerhati budaya asal Ngawi menilai kirab pusaka yang dilakukan saat ini kehilangan nilai sakral. Bahkan pihaknya melihat nilai-nilai artistik atau filosofinya dalam kebudayaan Jawa mulai luntur bahkan terancam kehilangan pakem. 

"Kalau kirab pusaka milik Kabupaten Ngawi itu kan sebuah tradisi yang dulu kemasanya sangat kejawen banget itu kalau bisa harus dipertahankan. Jangan seperti sekarang ini malah terkesan dipaksakan. Kalau bisa nilai histori keberadaan Ngawi ini harus dipertahankan," ucap Sastro Pemot.

Ulasnya lagi, yang ia ingat kirab pusaka yang digelar setiap dua tahun sekali tersebut sangat terasa akan nilai Jawanya. Hanya saja Sastro Pemot juga tidak menampik memang ada kemungkinan jika menggelar kirab pusaka seperti sebelumnya terkendala anggaran. 

"Mungkin saat ini terkendala anggaranya mengingat masih dalam situasi pandemi Covid-19. Meski demikian kirab pusaka seperti saat ini juga perlu di evaluasi, intinya jangan yang sudah terjadi masak di arak pakai jeep mengingat ini tradisi jawa jangan sampai ilang pakeme," pungkasnya.