Hormati Leluhur, Ratusan Umat Budha Rayakan Puncak Bulan Cheng Beng di Atap Grand Heaven

Perayaan bulan Cheng beng
Perayaan bulan Cheng beng

Rumah duka Grand Heaven Surabaya merayakan puncak bulan Cheng Beng di lantai 11 dengan membakar seserahan dalam jumlah banyak, sebagai penghormatan kepada leluhur umat Budha. Kamis malam (23/3).


Perayaan bulan Cheng Beng yang bertepatan dengan hari pertama bulan Ramadhan 2023 ini berlangsung khidmat. Terlihat ratusan umat Budha membaca doa kalimat sutra mulai Rabu (22/3) dan dilanjutkan Kamis ini sejak siang, kemudian dilanjutkan dengan ritual pembakaran seserahan yang terdiri dari kapal yang terbuat dari kertas, buah, teh hingga daging.

Suwito Mulyadi selaku pemilik Grand Heaven menjelaskan, upacara Cheng Beng yang digelar dua hari ini merupakan adat istiadat untuk membersihkan makam orang tua. Pada hari pertama umat Budha membacakan doa untuk penyeberangan roh para leluhur mereka.

“Pesannya adalah kita harus menghargai leluhur kita. Kesatu leluhur kita jangan kita sia-siakan atau kita sudah kremasi (abunya) dibuang ke laut. Jadi kerangka itu alangkah baiknya dipelihara,” kata Suwito Mulyadi memberikan pesan.

Menurut Suwito Mulyadi, memelihara kerangka leluhur setelah jenasahnya dikremasi untuk mengingat garis akar keturunan.

“Di China itu 95 persen sampai 99 persen itu semua boleh dikremasi, kerangkanya diambil lagi ama keluarganya dikubur lagi dengan tanah ukuran 1 X 1, terang pria yang akrab disapa Pak Awi tersebut.

Terkait menguburkan tulang leluhur atau kerabat yang meninggal, Suwito Mulyadi menerangkan bahwa hal ini terkait dengan kesejahteraan generasi penerusnya sesuai kepercayaan umat Budha.

“Kalau dikubur itu kan utuh jenasahnya, itu rejekinya 100 persen dia bisa mendapatkan. Kalau dikremasi dia mendapatnya ya 75 persen,” ucapnya.

Grand Heaven Surabaya bakal menggelar upacara Cheng Beng pada tahun depan lebih meriah dengan menanamkan benih kasih sayang untuk lebih mencintai dan mengkasihi orang tua.

“Supaya mengingat kebaikan-kebaikan orang tua kita, karena orang tua yang melahirkan kita,” terang Suwito.

Setelah acara bakar seserahan, pada perayaan Cheng Beng yang pertama kalinya digelar di Grand Heaven juga diwarnai ritual mengirimkan doa di ruangan rumah abu oleh Banthe. Dan pada bulan 7 rumah duka termewah di Indonesia yang memberikan pelayanan dengan harga terjangkau tersebut, akan menggelar ritual Chi Qwe Cap Go untuk membantu menyeberangkan roh ke surga karena pintu neraka telah dibuka.

“Makanya kalau Chi Qwe Cap Go, biasanya kita orang-orang chinese itu biasanya satu gak ada yang married, gak ada perkawinan. Kedua kita juga anak-anak tidak diperbolehkan pulang sampai malam karena setan bergentayangan. Jadi saat-saat itulah banyak kejadian-kejadian yang kita tidak bisa tahu,” pungkas Suwito.