Gelar Dzikir dan Doa Asyura, Gubernur Khofifah Maknai Momentum Perjuangan Sekaligus Kemenangan

Gubernur Khofifah / ist
Gubernur Khofifah / ist

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menggelar Dzikir dan Doa Asyura 10 Muharram 1445 Hijriah di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Kamis (27/7) malam


Dzikir tersebut dipimipin Imam Besar Masjid Nasional Al-Akbar KH. Abdul Hamid Abdullah dilanjutkan tausiah dan doa oleh Maulana Assayid Assyarif Syaikh Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al-Jilani Al-Hasani  dari Turki  yang juga cicit ke - 25 Syekh Abdul Qadir Jailani.

Khofifah mengatakan, dzikir dan doa bersama yang diikuti sekitar 300 jamaah yang sebagian besar ASN  tersebut akan menjadikan doa semakin kuat dan membawa barokah lebih besar untuk tercapainya berbagai program pembangunan di Jawa Timur sekaligus bagi seluruh masyarakat Jawa Timur.

"Apalagi kalau doanya diikuti bersama ulama besar yang membersamai kita. Insya Allah kalau misalnya ini milestone, ada tangga yang berbeda tingkatannya. Ada tingkatan rendah, sedang dan tinggi yang  frekuensinya Insya Allah  langsung ke sidratul muntaha," katanya. 

Lebih lanjut Khofifah mengatakan, Bulan Muharram sebenarnya adalah bulan kemenangan. Namun, bulan ini juga dalam sejarah para nabi merupakan  bulan yang penuh perjuangan sekaligus bulan dimana Allah menurunkan kemenangan. Ada ujian, ada perjuangan serta ada kemenangan. "Maka ada doa-doa yang oleh sangat banyak ulama dianjurkan untuk dibaca terutama pada malam hari ke sepuluh di Bulan Muharram," lanjut Khofifah. 

Mantan Menteri Sosial RI itu juga menjelaskan, 10 Muharram ini menjadi momentum untuk mendoakan Provinsi Jawa Timur dan seluruh masyarakatnya.

"Di malam ini kita berdoa untuk mendapat limpahan  keberkahan  anak-anak yang sholeh. Anugerah kesehatan, keselamatan, kebaikan, ampunan serta rizki yang luas dan barakah. Saya juga mohon dikuatkan dari doa Syaikh Fadhil Al Jilani  supaya Jawa Timur ini Allah anugerahkan sebagai provinsi yang aman, provinsi yang penuh ketenangan, ketentraman, dan kesuksesan," harapnya.

Di Jawa Timur sendiri peringatan 10 Muharram atau Asyura atau dikenal dengan sebutan Suro di upacarakan secara adat di berbagai daerah dengan beragam.

"Artinya bahwa sebetulnya hubungan antara agama dan budaya di Indonesia sangat kental. Maka pertemuan antara agama dan budaya  tetap bisa memberikan penghormatan  dan berseiring dengan budaya setempat. Inilah yang akhirnya menjadi harmonisasi di antara kehidupan kita bisa terbangun dengan baik," tuturnya. 

Sementara itu, Syaikh Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al-Jilani Al-Hasani membicarakan terkait hikmah 10 Muharram. Di mana, banyak peristiwa penting Islam dan bantuan Allah kepada para nabi yang diturunkan di bulan ini.

"Nabi Adam diturunkan dari surga kemudian diterima taubatnya di 10 Muharram.  Allah mendengar doa malaikat, batu-batuan, pepohonan, binatang untuk menyelamatkan Nabi Ibrahim dari api juga pada 10 Muharram," terangnya. 

Selanjutnya dijelaskan bahwa Rosulullah Muhammad SAW duturunkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Artinya bukan hanya bagi umat Islam tetapi bagi semua umat.

Maka, menurut Syaikh Fadhil, ada amalan yang sangat utama untuk dilakukan pada Asyura ini. Yakni dengan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. 

"Hanya saja, kita biasanya hanya mengucapkan Allahumma shalli alaa Muhammad. Padahal, kita dianjurkan untuk menambahkan salam di dalamnya. Jadi, harusnya kita mengatakan Allahumma shalli wa sallim alaa Muhammad. Insya Allah ini akan membantu kita saat sakaratul maut dan hisab," pungkasnya.


ikuti update rmoljatim di google news