Peluang tampilnya calon independen di Pilkada Surabaya 2020 sangat besar.
- Marak Live Musik dan Karaoke, Warga Suci Datangi Sejumlah Cafe Untuk Diperingatkan
- Jokowi Dikabarkan Masuk Bursa Caketum PSI, Buni Yani: Tidak Lazim, Biasanya Anak Gantikan Bapak
- Dinyatakan Penuhi Syarat Oleh KPU, Pasangan SanDi Lolos Administrasi
Ada dua pertimbangan logis, menurut Whima. Pertama, pemilih Surabaya adalah pemilih rasional, artinya kekuatan figur akan lebih dipertimbangkan sebagai acuan memilih. Rekam jejak, profil calon dan success story akan menjadi pertimbangan utama memilih walikota Surabaya dibandingkan pertimbangan preferensi politik atau politik aliran.
Kedua, pemilih di kota Surabaya bisa dikategorikan pemilih rasional karena karakteristik pemilih, lebih dari 60% memiliki tingkat pendidikan minimal SLTA, diploma dan sarjana.
Apalagi pemilih Surabaya memperoleh coverage informasi dari media yang baik. Ditambah sebagian besar dari mereka juga netizen, aktif di media sosial dan mengakses media siber.
"Jika calon walikota independen mampu menjaring pemilih untuk pemenuhan persyaratan calon independen, misalnya minimal 200 ribu pemilih dan jika itu merupakan kekuatan yang benar-benar riil di lapangan sebagai pendukung, maka itu merupakan modal awal yang cukup baik untuk memenangkan kontestasi Pilkada Kota Surabaya 2020," pungkas Whima.[aji
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Minta Batalkan Semua Peraturan Turunan UU Ciptaker, ASPEK Indonesia: Pemerintah dan DPR Jangan Arogan!
- PPP Target Rebut Kembali Pimpinan DPRD Probolinggo di Pemilu 2024
- Bertemu Kang Emil, AHY Nostalgia Keliling Kota Bandung