Membusuknya 20 ribu ton beras senilai Rp 160 miliar yang disimpan di gudang Bulog dan segera dimusnahkan, diduga kuat akibat kebijakan impor beras yang dilakukan oleh mantan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
- Komisi III DPR Pastikan Tidak Hadir Saat Rekonstruksi Pembunuhan Brigadir Yosua
- Pemerintah Disarankan Cut Loss Proyek Kereta Cepat Daripada Tambah Rugi
- Polda Jateng Siapkan Manajemen Kontijensi Antisipasi Omicron
"Membuktikan buruknya kebijakan dan egoisnya kekuasaan," kata Ichsan melansir Kantor Berita Politik RMOL, Senin (2/12).
Selain itu, Ichsan juga menilai bahwa pemusnahan ribuan ton beras adalah bukti ketahanan pangan dalam negeri gagal.
Ia membeberkan hukum besi ekspor impor dalam sudut pandang makro ekonomi. Poin pertama yang harus diperhatikan adalah informasi asimetris di dalam pemerintahan.
Sehingga, kata Ichsan, hal ini menguntungkan negara pengimpor mendapatkan laba yang cukup besar
"Negara importir adalah objek keuntungan dan surplus produksi," tuturnya.
Sementara itu, lanjut Ichsan, hal ini berdampak pada meningkatnya ketimpangan karena rakyat adalah objek eksploitasi transaksi.
"Buktinya pengangguran meningkat karena pekerja untuk menghasilkan barang sudah diganti dengan impor. Terbukti jumlah tenaga kerja pertanian menurun," sesalnya.[aji
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Aksi Greenpeace Serang KPK Pakai Laser Diperkirakan Habiskan Dana Rp 100 Juta
- Golkar Belum Berikan Dukungan Resmi ke Siapapun di Pilkada kota Madiun 2024
- Petani Bawang Merah Probolinggo Deklarasi Dukung Gus Haris Ra Fahmi