Jelang Ramadan- Pemkot Tangsel Perbanyak Stok Bahan Pangan

Mendekati bulan Ramadhan, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Tangsel menggelar Rakor membahas strategi mengatasi lonjakan harga, di Hotel Grand Zuri BSD, Kecamatan Serpong, Senin (9/4/2-18).


Walikota Tangsel, Airin Rachmi Diany yang memimpin Rakor tersebut mengatakan, menjelang Ramadhan biasanya terjadi lonjakan harga yang disebabkan permintaan pasar meningkat.

Solusinya, kata Airin, stok komoditas diperbanyak. Jika stoknya cukup, maka lonjakan dapat diminimalisir.

"Solusi jangka panjang yakni memaksimalkan urban farming untuk komoditas cabe dan sayur-sayuran. Jika ini dimaksimalkan di semua kecamatan, maka akan mampu menekan inflasi di pasaran karena permintaan tidak melonjak, cukup memanen hasil tanaman sendiri,” tuturnya.

Walikota meminta kepada seluruh camat melaporkan program urban farming setiap bulan. Camat juga harus fokus supaya program ini benar-benar berjalan.

Sementara Kepala Bagian Perekonomian Kota Tangsel, Wijaya Kusuma menyampaikan dua hal dari hasil rapat.

Pertama, mengatasi inflasi disebabkan menipisnya stok komdoditas dengan cara memperbanyak stok. Cara ini dapat menekan inflasi yang tidak terkontrol karena biasanya dimainkan oleh pasar.

Kedua, menerima rekomendasi dari banyak narasumber yang datang, seperti penguatan daerah untuk suplai pasokan komoditas.

"Hampir seluruh komoditas disuplai dari daerah-daerah. Agar lebih maksimal, maka perlu kerjasama langsung dengan daerah penghasil,” terangnya.

Kapolres Tangsel, AKBP) Ferdy Irawan yang hadir pada Rakor tersebut mengatakan, sesuai dengan tugas kepolisian, maka pihaknya akan mengawal pasokan komoditas di Tangsel.

Kata dia, terjadinya inflasi disebabkan selain permintaan meningkat, momen ini dimanfaatkan para pemain untuk menimbun barang sehingga kerap terjadi kelangkaan pasokan.

Salah satunya menjaga pasokan dan menjaga distribusi supaya tidak ada distorsi, dalam hal ini menjaga agar tidak ada penimbunan. Terkadang ada saja yang memanfaatkan momen-momen seperti ini dan perlu diawasi,” tegasnya.

Di tempat yang sama, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangsel, Achmad Widyanto menjelaskan, dari hasil pendataan pasar-pasar, rumah-rumah dan sekolah sebagai responden, tiga bulan terkahir terjadi inflasi sebesar 0,3 persen. inflasi ini terbilang cukup tinggi kendati dalam iklim yang stabil tapi harus diwaspadai.

Sebetulnya masih standar dengan terjadinya inflasi tiga bulan terkhiar, jika dilihat dari stok kecukupan komoditas. Mengapa, karena Tangsel bukan sebagai produksi atau penghasil komoditas meskipun masih ada sawah-sawah,” tukasnya.

Menurutnya, BPS bertugas memberikan proteksi baik yang telah atau akan dilakukan. Dari dua aspek, hanya satu yang dapat diintervensi oleh pemerintah daerah. Pertama komodistas seperti bumbu-bumbuan atau beras. Meski bukan penghasil hortikultura, tapi dengan memperbanyak stok maka akan dapat menekan hukum pasar ketika terjadi lonjakan.

Sedangkan aspek kedua, Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tarif dasar listrik. dua jenis ini tidak dapat diintervensi, kendati terjadi sentimen pasar dan memicu inflasi pada komoditas, dan transportasi. Pemerintah daerah tidak dapat intervensi, lanjutnya, karena kebijakan harga sudah paten dari pemerintah pusat atau dari PLN.

"Kalau bumbu-bumbuan dan beras, pemerintah daerah bisa menekannya melalui memperbanyak stok. Tapi kalau BBM naik dan tarif dasar listrik naik, pemerintah daerah tak berdaya sebab harganya sudah kebijakan pemerintah pusat,” ucapnya. [mor