BI Malang Dorong Peningkatan Ekonomi Berbasis Digital

Bank Indonesia (BI) Malang mendorong peningkatan ekonomi berbasis digital. Sebab, ekonomi berbasis digital itu diyakini tahan dari dampak wabah virus corona disease (Covid-19). 


Keyakinan tersebut disampaikan Kepala BI Malang, Azka Subhan Aminurridho, Kamis (16/4). Menurut dia, pelaku usaha yang eksis saat ini justru yang berbasis digital. 

"Itu karena memanfaatkan teknologi informasi yang sangat canggih. Sehingga bisa melakukan transaksi kapan saja dan dimana saja," jelas dia. 

Transaksi berbasis digital itu, kata dia, bisa dilakukan secara non-tunai. Menurut dia, transaksi non-tunai itu sangat mudah dan bisa bebas dari penularan virus corona. 

Makanya, dia sangat yakin ekonomi Indonesia, kedepan akan berbasis digital. "Sebab, teknologi informasi berkembang dengan cepat dan hampir semua negara ekonominya sudah berbasis digital," kata dia. 

Keyakinan Kepala BI Malang tersebut diamini Willson Cuaca Co-founder & Managing Partner East Ventures. Menurut dia, perkembangan ekonomi digital di Indonesia, termasuk Kota Malang sangat impresif. 

Nilai pasar ekonomi digital Indonesia, kata dia, telah menembus US$40 miliar pada 2019. Pada tahun 2025 diproyeksikan mencapai US$133 miliar.

Namun, kata dia yang diamini Melisa Irene, Partner East Ventures, angka tersebut tidak dapat menggambarkan dengan lengkap perkembangan dan potensi pasar digital di Tanah Air.

Lalu dia menyebutkan laporan East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) yang memetakan perkembangan dan potensi ekonomi digital di penjuru Nusantara.  "Itu mencakup data dari 34 provinsi dan 24 kota terbesar," jelas dia. 

Laporan EV-DCI menunjukkan bahwa ekonomi digital yang saat ini tumbuh pesat, hanyalah sebagian kecil dari potensi Indonesia. Pertumbuhan bakal makin melesat jika Indonesia bisa menanggulangi beberapa kendala yang dihadapi.

Di antara kendala itu seperti keterbatasan talenta digital. Selain itu  pelaku usaha yang enggan menggunakan produk digital, hingga akses atas layanan finansial yang rendah.

Menurut dia, EV-DCI juga menggambarkan ada ketimpangan perkembangan ekonomi digital di Indonesia.  Skor daya saing digital Jawa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pulau lain. Sedangkan 

selisih skor antara Jakarta dengan provinsi lain di Jawa masih sangat besar.

"Infrastruktur internet yang lengkap dan tingkat adopsi digital yang cepat membuat Jakarta sebagai magnet industri digital dan pendiri-pendiri startup baru. Skor daya saing digital Jakarta (EV-DCI = 76,8) adalah yang tertinggi di Indonesia," jelasnya.

Namun, lanjut dia, beberapa kota lain juga menunjukkan perkembangan yang menarik. Kota berukuran 

sedang seperti Kota Malang (EV-DCI = 47,2), misalnya, mampu menempati posisi 10 besar. Posisi Kota Malang sebagai “dapur” industri digital Indonesia membuatnya unggul dalam aspek talenta digital

Selain itu Balikpapan adalah kota dengan daya saing digital paling tinggi di Kalimantan (EV-DCI = 44,2). 

Kehadiran perusahaan-perusahaan besar di Balikpapan membuatnya sebagai tempat pertemuan pekerja berkeahlian dari seluruh Indonesia.

Kota dengan daya saing paling tinggi di Sumatera adalah Medan (EV-DCI = 50,3). 

Meskipun memiliki infrastruktur yang kuat dan pasokan talenta yang memadai, kata dia, Medan mencatatkan skor yang rendah dalam hal adopsi digital.

Di wilayah bagian timur Indonesia, Makassar dikatakan merupakan  kota dengan daya saing paling tinggi (EV￾DCI = 46,8). Posisi ini tidak mengherankan karena Makassar adalah pusat ekonomi di regional timur. 

Namun, lanjutnya, skor penetrasi layanan finansial digital dan tingkat adopsi UMKM atas layanan digital sangat rendah. "Laporan dan data yang lengkap bisa diunduh di east.vc/dci," jelasnya. 

Menurut dia, dari data yang disajikan EV-DCI, para pemangku kepentingan dan sektor publik dan sektor swasta bisa dapat gambaran. Setidaknya dapat saling membandingkan tingkat pemanfaatan teknologi digital di wilayah masing-masing.

Misalnya, bagi pemimpin di tiap daerah, dengan memanfaatkan indeks tersebut dapat semakin terpacu untuk berlomba menciptakan ekosistem yang terbaik bagi perkembangan ekonomi digital. Baik itu lewat pembangunan infrastruktur, pengembangan talenta, maupun regulasi yang tepat.

Bagi para pemain besar di industri teknologi Indonesia, jelas dia, EV-DCI bisa menjadi panduan untuk melangkah lebih jauh dari kota-kota besar ke seluruh pelosok Tanah Air, untuk membantu lebih banyak bangsa Indonesia menikmati manfaat perekonomian digital.

"Karena itu untuk mereka yang akan atau baru merintis bisnis, EV-DCI adalah sebuah peta peluang," pungkasnya.[ah]