Pemkot Surabaya Picu Kerumunan, Wakil Ketua Komisi D: Pekerja Seni Jadi Tumpuan Kesalahan

Ajeng Wira Wati/RMOLJatim
Ajeng Wira Wati/RMOLJatim

Pertunjukkan seni dan budaya yang sempat digelar selama dua hari di Plaza Alun-alun Surabaya komplek Balai Pemuda akhirnya dihentikan sementara.


Padahal pertunjukan seni itu rencananya akan berlangsung selama sepekan, dengan tujuan memberi ruang apresiasi para pekerja seni, untuk bisa pentas di masa pandemi Covid-19.

Tak hanya menghentikan serta meminta maaf pada masyarakat yang terlanjur kecewa.

Namun Pemkot Surabaya juga mendapat kecaman dari Wakil Ketua Komisi D DPRD kota Surabaya, Ajeng Wira Wati.

Bahkan legislator asal Partai Gerindra ini menilai Pemkot Surabaya tidak tegas sebab cara yang berniat baik, nyatanya tidak bisa dijadikan contoh panutan bagi warga Surabaya.

"Saya kecewa, ternyata acara yang diadakan oleh Pemkot tidak diperhitungkan dengan betul. Malah membuat kerumunan dan meningkatkan resiko penularan Covid-19," tandas Ajeng pada Kantor Berita RMOLJatim, Jumat (21/8) malam.

Politisi Gerindra Surabaya ini, menilai, bahwa posisi para pekerja seni seakan dituduh sebagai pencipta kerumunan, hingga pertunjukkan seni dan budaya di hentikan sementara.

Padahal sebaliknya Pemkot Surabaya yang memicu kerumunan masyarakat untuk berkumpul.

"Saya juga prihatin kepada pekerja seni, dengan adanya kondisi kemarin, semakin memposisikan pekerja seni sebagai pencipta kerumunan. Padahal saya yakin bukan seperti itu output yang diharapkan pekerja seni dan Pemkot," papar Almnus S2 Unair ini.

Seharusnya, lanjut Ajeng, Pemkot Surabaya fokus pada penanganan Covid-19, dengan tidak terburu-buru membuat acara pembukaan Alun-alun Suroboyo hingga menimbulkan kerumunan massa. 

Apalagi sebelumnya Surabaya sudah pernah zona orange sebentar, lalu kembali zona merah lagi.

"Jangan terburu-buru membuat acara pembukaan alun-alun dengan serentat jadwal yang secara logika pasti itu mengundang keramaian dan kerumunan. Pekerja seni, alun-alun dan edukasi sosialisasi Prokes (Protokol Kesehatan) seharusnya bisa dipadukan," tegas Ajeng.

Ia juga menilai, bahwa semangat membuat acara pembukaan Alun-alun Suroboyo, terkesan berlebihan dan berambisi untuk memberikan solusi cepat ke para pekerja seni. 

Tetapi, menurut Ajeng, hal itu tidak mengedukasi warga untuk menyelesaikan persoalan pandemi Covid-19.

"Solusinya menurut saya adalah, buat simulasi dulu, jika akan mengakomodir pekerja seni dan mengkoordinasikan hal tersebut, dengan berbagai pihak sesuai Inpres (intruksi presiden) No. 6 tahun 2020," pungkasnya.