Begini Jawaban Bos Pertamina Soal Kerugian Rp 11 Triliun

Dirut Pertamina, Nicke Widyawati saat RDP dengan Komisi VII DPR RI/Repro
Dirut Pertamina, Nicke Widyawati saat RDP dengan Komisi VII DPR RI/Repro

Komisi VIII DPR RI mencecar pertanyaan pada Direktur Utama PT Pertamina Persero Nicke Widyawati soal kerugian Rp 11,28 triliun pada smester I tahun 2020 saat Rapat Dengar Pendapat (RDP), Senin (31/8). 


Wakil Ketua Komisi VII DPR Ramson Siagian selaku pimpinan Rapat yang mengakomodir pertanyaan dari para anggota Komisi VII, meminta Dirut Pertamina Nicke Widyawati dan jajaran untuk menjelaskan penyebab kerugian senilai Rp 11 triliun di perusahaan plat merah sektor minyak itu. 

"Oke Bu Dirut, tadi semua sudah sepakat soal kerugian Rp 11 triliun. Setelah itu baru pendalaman. Silahkan Bu Dirut," kata Ramson Siagian diruang rapat, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta sebagaimana diberitakan Kantor Berita Politik RMOL

Nicke pun berusaha menjawab pertanyaan dari Komisi VII DPR RI tersebut. Namun, Nicke mempersilahkan kepada jajarannya yakni Direktur Keuangan PR Pertamina, Emma Sri Martini untuk menjelaskan terkait kerugian tersebut. 

"Yang terakhir mungkin ditayangkan mengenai agenda yang tadi kita sudah siapkan. Bu Emma mau menjelaskan, silahkan," ucap Nicke. 

Kemudian Emma pun menjelaskan secara garis besar terdapat tiga faktor utama yang dianggap menjadi faktor penyebab kerugian PT Pertamina di Smester I tahun 2020. 

Pertama, mengenai laporan laba rugi atau PNL (Profit and Loss) yang terdampak akibat pandemik Covid-19. 

Kedua, sedikit banyaknya dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah yang mengalami fluktuasi akibat Covid-19. 

Ketiga, terkait harga minyak mentah Indonesia atau ICP yang juga terdampak Covid-19 dan kurs rupiah yang fluktuatif. 

Emma menambahkan, kerugian yang dialami PT Pertamina cenderung lebih untung ketimbang NOC (National Olil Corporation) atau IOC (International Oil Corporation) di dunia yang juga terdampak Covid-19. 

"Kalau dilihat memang semua NOC dan IOC itu mengalami kerugian yang sangat tajam di semester I. Jadi, meskipun Pertamina di semester I mengalami kerugian, sebetulnya dari komparasinya dengan NOC dan IOC lain memang semuanya terdampak tidak ada satu institusi NOC atau IOC lain yang tidak terdampak karena Covid-19," ucapnya. 

"Dan terlebih Pertamina juga digabung dengan hulu dan hilir sehingga ada sisi balancing disitu," demikian Emma Sri Martini. 

Mendengar penjabaran Emma, anggota Komisi VII DPR Kardaya Warnika mengajukan interupsi kepada pimpinan Rapat dan mengajukan pertanyaan. 

"Tolong bandingkannya Bu yang apple to apple dengan NOC IOC yang mempunyai bisnis seperti Pertamina," kata Kardaya. 

Kardaya pun masih merasa heran ketika NOC dan IOC negara lain mengikuti harga minyak dunia tetapi Pertamina tetap tidak menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia saat harga minyak dunia anjlok. 

"Harga minyak dunia turun Pertamina kan tidak. Semua orang menyangka Pertamina untung besar, sampai-sampai Komisaris Utama (PT Pertamina) pun ngomong Pertamina rugi dibubarkan. Tapi ternyata sekarang enggak gitu," tegasnya. 

Kemudian, Emma menjawab pertanyaan tersebut dengan normatif. Ia berharap, di semester II tahun 2020 Pertamina akan terus mengalami peningkatan sebagaimana sudah terjadi tren positif pada Juli 2020. 

"Ijin pimpinan, yang terpenting bagaimana Pertamina menyelamatkan semester II tidak terjadi kerugian yang terus menerus. Dan kita sudah sampaikan dan lakukan beberapa langkah-langkah strategis oleh Pertamina," demikian Emma.