Persakmi Sebut Penyekatan di Jembatan Suramadu Efektif Tekan Laju Penyebaran Covid-19

Penyekatan di jembatan Suramadu sisi timur pintu masuk Surabaya/RMOLJatim
Penyekatan di jembatan Suramadu sisi timur pintu masuk Surabaya/RMOLJatim

Satgas Covid-19 Kota Surabaya mulai menerapkan screening atau penyekatan di pintu masuk Jembatan Suramadu sisi Kota Pahlawan sejak Minggu (6/6) lalu. 


Penyekatan ini dilakukan pasca terjadinya peningkatan kasus Covid-19 di Kabupaten Bangkalan. Upaya ini untuk memastikan setiap pengendara yang masuk ke Kota Surabaya negatif Covid-19.

Pembina Pengurus Daerah Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) Jawa Timur, Estiningtyas Nugraheni menilai, bahwa keputusan yang dilakukan Satgas Covid-19 Surabaya dengan menerapkan penyekatan di Jembatan Suramadu sangatlah tepat. 

Menurutnya, penyekatan ini langkah yang paling efektif dalam menekan laju penyebaran Covid-19.

"Itu yang paling efektif, yang paling signifikan untuk menekan, menapis (screening) orang yang masuk ke Surabaya," kata Estiningtyas, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Jum'at (11/6).

Apalagi, Esti menyebut, terjadinya lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Bangkalan dapat pula berpengaruh terhadap kondisi di Kota Surabaya. 

Pengaruh itu pun kini bisa dilihat dari keterisian Bed Occupancy Rate (BOR) di beberapa rumah sakit atau ruang isolasi di Surabaya. 

"Jumlah positif naik dari data yang terpublish sudah ketahuan. Penghuninya Hotel Asrama Haji, Rumah Sakit Lapangan itu kan naik," ungkap Esti.

Berdasarkan pengamatannya, dua minggu pasca Lebaran, kasus Covid-19 di Surabaya memang ada kenaikan. Tapi, persentase kenaikan ini dinilainya masih di bawah 30 persen. Namun, pasca terjadi peningkatan kasus di Bangkalan, kenaikan di Surabaya dinilainya signifikan. 

"Nah, saat minggu ketiga (pasca lebaran) adanya kasus di tetangga (Bangkalan), naiknya (Surabaya) sampai di atas 50. Berarti kan secara kasat mata saja sudah signifikan," paparnya.

Di samping itu, faktor lain yang mempengaruhi adanya penambahan kasus ini karena memang tingginya mobilitas masyarakat di Kota Pahlawan. Seperti warga luar daerah yang dalam setiap harinya bekerja di Surabaya.

"Penyakit ini berkaitan pertemuan antar orang, menularnya dari orang ke orang. Ada intersection, atau irisan-irisan kegiatan manusia. Dia domisili di mana, bekerjanya di mana, atau dia pada waktu weekend pergi ke mana, nanti balik lagi ke Surabaya," jelasnya.

Oleh sebab itu, pihaknya sangat setuju ketika Satgas Covid-19 Surabaya mulai menerapkan screening di kaki Jembatan Suramadu maupun di Dermaga Ujung, Tanjung Perak. 

Sebab, tidak mungkin apabila akses masuk ke Surabaya ini ditutup secara total untuk mencegah laju penyebaran Covid-19.

"Surabaya kalau ditutup banget (total) tidak bisa. Karena banyak pegawai yang dari luar Surabaya. Karena itu (masuk Surabaya) harus pakai swab, tracing harus. Makanya sekarang ini kita kerja keras lagi dan kita berupaya meminimalisir agar tidak naik," pungkasnya.