Pemkot Kediri Gelar Seminar Online, Deteksi Dini Masalah Gizi Cegah Stunting

Sosialisasi Deteksi Dini Masalah Gizi Cegah Stunting/Ist
Sosialisasi Deteksi Dini Masalah Gizi Cegah Stunting/Ist

Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Kediri dalam menekan angka stunting di Kota Kediri tak henti-hentinya dilakukan. Mulai dari program pemberian tablet penambah darah kepada remaja putri usia sekolah hingga menggelar sosialisasi-sosialisasi tentang gizi seimbang.


Untuk menekan angka stunting tersebut, Dinas Kesehatan Kota Kediri menggelar seminar online bertajuk Deteksi Dini Masalah Gizi dan Intervensi Cegah Stunting di Kota Kediri.

"Meskipun bukan yang terparah, namun kami selalu mengusahakan untuk terus menekan angka stunting di Kota Kediri salah satunya melalui seminar online ini," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri, dr. Fauzan Adima kepada Kantor Berita RMOL Jatim, Jumat (25/6).

Berlokasi di auditorium Dinas Kesehatan Kota Kediri, dr. Fauzan sebagai narasumber bersama dengan dr. Nur Aisyah Widjaya, Staf Bagian Anak Konsultan Gizi Pediatri dan Penyakit Metabolic RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Sedangkan untuk peserta pada seminar online ini diikuti oleh 70 orang dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kota Kediri, Puskesmas dengan 3 staf bagian gizi, bidan dan promosi kesehatan.

Dijelaskan oleh dr. Fauzan, trend masalah gizi balita nasional hasil riset kesehatan dasar (Rikerdas) tahun 2007-2018 terdapat empat poin penting. 

"Underweight menurun terutama pada kelompok status gizi buruk, Stunting menurun cukup signifikan terutama pada kelompok status sangat pendek, wasting menurun terutama pada kelompok status sangat kurus, dan gemuk menurun," ungkapnya.

Sementara itu, di Kota Kediri permasalahan stunting di masa pandemi Covid-19 prevalensinya naik walau masih berada di bawah rata-rata Jawa Timur. 

"Stunting hampir terjadi di seluruh kelurahan dan seluruh kelompok sosial ekonomi," terangnya.

Fauzan juga mengatakan, bahwa penyebab stunting multidimensional tidak hanya kemiskinan dan akses pangan, tetapi juga pada pola asuh dan pemberian makan pada balita. Ia juga menambahkan stunting berdampak pada kualitas sumber daya manusia. 

"Stunting menyebabkan gagal tumbuh (berat lahir rendah, kecil, kurus), hambatan perkembangan kognitif dan motorik, dan gangguan metabolik saat dewasa, berisiko penyakit tidak menular," imbuhnya.

Dalam kesempatan tersebut, dr. Nur Aisyah Widjaja menjelaskan cara mengenali balita stunting sebagai upaya untuk melakukan deteksi dini. 

"Ukur panjang dan tinggi badan anak, jika berusia dibawah 2 tahun ukur dalam posisi terbaring jika diatas 2 tahun ukur dalam posisi berdiri," terangnya. 

Ia menjelaskan plot pada grafik pertumbuhan panjang badan dan tinggi badan menurut usia dan jenis kelamin untuk mendeteksi stunting. Jika panjang badan dibagi usia dikalikan tinggi badan dibagi usia kurang dari -2 Zscore disebut stunted atau pendek. Namun, jika panjang badan dibagi usia dikalikan tinggi badan dibagi usia kurang dari -3 Zscore maka disebut severely stunted atau sangat pendek.

"Zscore adalah nilai yang digunakan untuk menentukan apakah pertumbuhan balita itu dikategorikan normal atau tidak," ungkap dr. Nur Aisyah.

Selain itu, ia juga menjelaskan tentang bagaimana cara menimbang berat badan pada balita. Menurutnya, hal tersebut dilakukan dengan cara yang pertama membuka baju dari balita, sebaiknya menggunakan timbangan bayi, jarum timbangan sebelum menimbang diarahkan ke angka 0 dan sebaiknya timbangan di tera secara rutin di jawatan tera.

Sementara itu, dr. Fauzan mengatakan upaya antisipasi yang bisa dilakukan guna menekan angka stunting di Kota Kediri utamanya melalui sekolah-sekolah. 

"Trias UKS yang meliputi pembinaan lingkungan sekolah sehat, pelayanan kesehatan, dan pendidikan kesehatan," ungkapnya.

Ia mengatakan, pembinaan lingkungan ini meliputi sanitasi dan hygiene, pengawasan kantin, pemanfaatan pekarangan sekolah bebas asap rokok, dan pencegahan kekerasan, tawuran dan pornografi. Sedangkan pelayanan kesehatan meliputi, promotif penyuluhan kesehatan reproduksi preventif seperti bias, penjaringan kesehatan, pemeriksaan berkala, pendidikan gizi, dan pemberian tablet penambah darah.

"Sedangkan untuk pendidikan kesehatan meliputi intrakurikuler, ekstrakurikuler, muatan lokal (mulok) dan masa orientasi siswa," terangnya.

"Kita juga perlu mengupayakan perbaikan SDM yang telah stunting sejak dini dengan pengasuhan yang baik dan persiapan mencetak generasi anak berprestasi pada usia sekolah dengan pengembangan UKS," pungkasnya.