Stok di PMI Surabaya Kosong, JCI Gelar Donor Plasma Darah Konvalesen

Salah satu warga yang mendonorkan darah
Salah satu warga yang mendonorkan darah

Guna mendorong ketersediaan stok plasma darah konvalesen yang kosong di PMI Kota Surabaya, Junior Chamber International (JCI) Chapter East Java menggelar donor konvalesen di gedung Srijaya Surabaya.


Kegiatan sosial JCI Chapter East Java ini merupakan realisasi organisasi pengusaha muda tersebut untuk mengumpulkan darah konvalesen yang kosong stoknya di PMI, sedangkan banyak pasien Covid-19 membutuhkan transfusi darah dari penyintas virus SARS - Cov-2.

"Targetnya kita bisa menjangkau semua penyintas Covid-19 di Surabaya yang sudah berhasil memenangkan pertarungan melawan Covid-19 untuk mau menyumbangkan plasma konvalesen mereka. Supaya kita itu bisa memenuhi stok dari PMI Surabaya ini yang sedang krisis," kata Direktur Pelaksana donor plasma konvalesen JCI East Java Yohan Tanoko, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Sabtu, (3/7).

Yohan menerangkan, dari kegiatan yang dijadwalkan seminggu sekali ini,  JCI East Java menargetkan 100 pendonor plasma konvalesen yang bisa lolos screening PMI. Sebab, dari darah plasma, mereka dapat membantu menyelamatkan sekitar 300 pasien yang sedang berjuang sembuh melawan  Covid-19.

"Karena dari tiap pendonor darah plasma konvalesen itu bisa mengumpulkan setidaknya untuk dua atau tiga pasien Covid-19. Jadi, kita targetnya bisa menyiapkan donor plasma konvalesen itu untuk 200 -300 orang," terangnya.

Di tempat yang sama, Executive Vice President JCI East Java, Inggrid Chandranata, memperoleh data bahwa sekarang stok plasma darah di PMI sudah kosong, sedangkan permintaan mengalami peningkatan. Sehingga, dirinya bersama anggota organisasi pengusaha muda ini menjalin kerjasama dengan beberapa pihak untuk memotivasi penyintas Covid-19 untuk mendonorkan plasma darah, dan memberikan uang tunai sebesar Rp.250 Ribu sebagai penghargaan atas semangat kepahlawanan mereka membantu sesama.

"Ingin memotivasi dengan memberikan uang tunai juga kepada masyarakat supaya mereka mau. Karena, pada saat ini banyak yang nggak mau untuk mendonor. Itu kesusahannya adalah di pendonornya juga," kata Inggrid.

JCI East Java juga terus mensosialisasikan pentingnya donor plasma darah konvalesen untuk membantu penyembuhan pasien Covid-19 dan berkontribusi mengatasi pandemi virus SARS - Cov 2,. Termasuk memberikan edukasi bahwa donor plasma tidak menyebabkan turunnya antibodi.

"Jadi mereka kalau datang ke sini mungkin mereka juga takut. Mereka juga mungkin takut antibodi turun atau takut hal-hal lain. Kita juga mengantisipasi kita akan menggerakkan edukasi untuk plasma konvalesen," terang Inggrid.

Ketakutan turunnya antibodi ini tak dirasakan oleh Gracia Veronica yang mendonorkan darah plasmanya, karena sebagai penyintas Covid-19, dia merasa prihatin dengan banyaknya berita kematian. Sehingga dirinya merasa terpanggil untuk membantu pasien Covid-19 tanpa melihat penghargaan yang diperolehnya.

"Alasan saya donor plasma sendiri, saya juga nggak mau kalau tiap hari sekarang cuma dengar orang meninggal, kayak sedih gitu. Kalau bisa, darah saya bisa dipakai menolong orang kenapa nggak. Terus waktu saya kena Covid itu nggak enak rasanya, emang benar-benar disaat itu saya mikir, sudah jangan anggap enteng hal ini. Memang kita harus aware kalau Covid itu ada dan membahayakan kita semua," tuturnya.

Di hari pertama donor plasma konvalesen, JCI East Java hanya mendapatkan dua pendonor dari delapan orang. Sehingga, diharapkan kegiatan sosial tanpa batas waktu ini bisa diikuti lebih banyak penyintas Covid-19. Tujuannya, membantu pasien yang sedang berjuang untuk hidup mereka agar terbebas dari penyakit berbahaya tersebut.