Nak, Ibu Sedang Melacur! (8)

Cover by Denny NJA
Cover by Denny NJA

Dijadikan Istri Kedua

Hari-hari selanjutnya adalah hari-hari suram. Rumah tangga Rika kian berantakan.

Suami Rika mulai asyik dengan dirinya sendiri. Sedang Rika, yah, ia cuma mayat hidup. Menjadi istri tanpa suami.

Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan, Rika memutuskan menggugat cerai suaminya yang kedua. Ketika hal ini disampaikannya, sikapnya biasa-biasa saja. Dingin.

Dia sama sekali tak berusaha mencegah keinginan Rika.  Dia juga tak berusaha menahannya untuk mencabut gugatan cerai. Justru inilah yang dia harapkan. Perpisahan.

Sia-sia saja Rika menetap di Lamongan. Tak ada yang bisa diharapkan. Cintanya mati. Terkubur bersama kebencian terhadap suami keduanya.

Tanpa membawa apa-apa, Rika pergi meninggalkan Lamongan menuju Surabaya. Saat itu tahun 1990.

Di sana Rika mempunyai sahabat. Dia mengajaknya bekerja di tempat billiar di Jalan Blauran.

Sayang, tempat itu sekarang tinggal puing-puing. Semua hancur setelah terjadi kebakaran.

Dan kini, di tempat itu sudah dibangun plaza. Setiap melewati Jalan Blauran, ia selalu teringat akan kenangan indah bersama suaminya yang ketiga.

Yah, suami ketiga.

Di tempat billiar itu Rika bertemu seorang laki-laki. Namanya Gofur. Usianya sudah tua. Lebih tua 10 tahun.

Aslinya Bojonegoro. Kedatangannya ke Surabaya, sekedar bisnis.

Gofur adalah pengusaha di bidang perminyakan. Uangnya banyak. Royal. Dia sangat baik. Tidak sia-sia Rika mengenalnya.

Sebagai score girl, nyaris tiap malam ia menemani lelaki itu yang kemudian menjadi pacarnya.

“Aku menjadi score girl. Dia pemain. Nyaris tiap malam kami bertemu. Tak jarang, dia mengajakku bermain billiar.”

Lama-lama, mereka akrab. Singkatnya, mereka pacaran.

Cukup lama mereka berpacaran. Dua tahun. Selama itu, Gofur tak pernah berbuat yang macam-macam.

Jangankan menyentuh, ciuman saja tak pernah. Gaya berpacaran mereka layaknya anak-anak ABG tempo dulu; ketemuan, gandengan tangan, dan pulang.

Dibilang romantis sih romantis. Tapi karena Gofur bukan orang romantis, ya Rika menganggapinya biasa-biasa saja.

Menginjak dua tahun, hubungan mereka mulai ada masalah. Tiba-tiba, Gofur tak pernah datang ke kos-kosan Rika.

Tak ada kabar darinya. Ia merasa ada sesuatu yang sedang terjadi. Seminggu ia menunggu. Sebulan ia menunggu, Hingga tiga bulan, Gofur tak kunjung datang.

Pada saat Rika sedang suntuk, Gofur tiba-tiba nongol. Dia menyapanya dengan tatapan sedih. Ada sesuatu yang disembunyikan. Nampaknya dia tak kuasa untuk mengungkapkan.

Rika bersikap biasa. Tak berusaha memaksa. Dan seperti yang ia duga, akhirnya Gofur menceritakan permasalahannya. Dan betapa terkejutnya ia, ketika sang pacar bilang sudah punya istri.

Rika diam. Hatinya bergejolak. Dan ia tak bisa menahannya. Ia marah. Ia merasa selama ini kekasihnya telah membohonginya. Padahal, semua tentang dirinya sudah diceritakan padanya. Gofur diam. Dia menyadari kesalahannya. Dan, tiba-tiba saja Gofur mengajaknya kawin.

Rika kaget. Gofur dibilang sudah gila.

“Aku tidak gila. Aku masih waras. Justru ini kukatakan karena istriku sudah tahu hubungan kita,’’ katanya.

Rika makin terkejut.

Gila!

Semua gila.

Gofur, istrinya, dan mungkin ia.

Mana mungkin ada wanita yang mau dimadu? Mana mungkin ada wanita yang memberi istri untuk suaminya?

“Ah, aku berpikir semua itu pasti akal-akalan Gofur. Dia sengaja memancingku untuk membuktikan besarnya cintaku padanya. Atau, mungkin dia memang serius mau menikahiku. Dan aku dijadikan istri simpanan.”

Dan, tiba-tiba saja dia memberi jawaban yang mengejutkan:

“Kalau kamu tak percaya, tanya saja istriku. Dia sudah tahu hubungan kita. Dan dia memintaku untuk mengajakmu tinggal di Bojonegoro sebagai istri kedua.” Jawabannya tegas.

Mimiknya serius. Ah, bagaimana ia harus menjadi istri kedua? Bagaimana Rika menjalani hidup bersama dengan istri pertama? Apakah mereka harus tinggal bersama? Apa yang harus dilakukannya? Apakah ia harus menolak, karena, jujur saja, ia terlanjur mencintainya? [bersambung]

Penulis adalah wartawan Kantor Berita RMOLJatim