Mural di Dinding

Adhie M Massardi
Adhie M Massardi

kegelisahan yang tehimpit nasib dan

harapan yang tersesat di hutan persoalan

meleleh di pilar-pilar beton kesepian

karena rel di atasnya sudah lama ditinggalkan kereta

warnanya mangkrak seperti pelangi yang memudar

saya melihat pemandangan ini

dari waktu yang jauh

sebelum kemerdekaan diproklamasikan

ketika para pejuang menggambar burung terbang

di dinding hati para kekasih yang ditinggalkan

kini kegelisahan dan harapan itu

berubah jadi rajawali dengan cakar yang kuat

dari balik awan menukik nyambar musang

yang berkeliaran di halaman istana

mematuk kedua bola matanya

darah muncrat ke dinding kota tua

menjadi lukisan kemarahan yang tertahan

belasan turis yang lewat tiba-tiba

memotret bercak jejak kekuasaan yang pucat

lalu mengunggahnya di media sosial

dinding bisu kota tua yang selama ini kesepian

sekarang dikenang membisikkan perubahan

di sinilah muda-mudi membuat konten

tentang kegelisahan dan harapan

yang akan ditayangkan di masa depan

kadang-kadang bagi saya melihat bercak darah

yang mucrat dari bola mata musang yang dipatuk rajawali

seperti mural yang dilukis tergesa-gesa

berkejaran dengan matahari memburu senja

dan hantu laut menutupnya dengan kabut

tapi menurut saya mural kawanan burung

yang dilukis para pejuang di dinding hati para kekasih

sudah terbang jauh ke sanubari

hinggap di dinding hati kaum buruh dan para petani

juga guru dan tenaga kesehatan yang setiap hari dijebak nasib rmol news logo article

AMM

Jakarta, 28 Agustus 2021

Penulis seorang analis politik dan budayawan yang karyanya berjudul "Negeri Para Bedebah" (2009) dikenal sebagai sajak ikon perlawanan terhadap korupsi/Net