Puisi Adhie Massardi untuk Ridwan Kamil: Jengkel di Bukit Sentul

Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie M. Massardi saat bersama sejumlah tokoh datang ke kediaman Rocky Gerung/Net
Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie M. Massardi saat bersama sejumlah tokoh datang ke kediaman Rocky Gerung/Net

Jalan sastra dipilih Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie M. Massardi dalam menyikapi upaya penggusuran tanah warga di Bojong Koneng, Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat oleh pengembang Sentul City.


Adhie Massardi yang beberapa waktu lalu berkunjung ke kediaman pakar filsafat, Rocky Gerung di Bojong Koneng merasa jengkel dengan upaya penggusuran tanah warga secara paksa. Sebab, Rocky Gerung dan warga lainnya yang sudah puluhan tahun menghuni lokasi tersebut, turut memiliki surat-surat yang menyatakan mereka adalah pemilik hak tanah.

Rasa jengkel semakin menjadi-jadi lantaran tidak ada bantuan dari pemerintah untuk rakyat yang sedang terancam tak punya tempat tinggal. Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil yang selalu mencitrakan diri dekat dengan rakyat terkesan diam dan tak juga segera menghentikan upaya penggusuran tersebut.

Berikut petikan puisi berjudul “Jengkel di Bukit Sentul” karya Adhie M. Massardi yang diperuntukan bagi Gubernur Ridwan Kamil:

Jengkel di Bukit Sentul (Untuk Gubernur Jawab Barat Ridwan Kamil)

Tak ada suara yang lebih menjengkelkan

dari deru eskavator

yang digerakkan mesin kekuasaan

ketika embun belum sampai daun

dan kabut belum lagi larut.

Tak ada pemandangan yang lebih merisaukan

dari melihat eskavator

yang terus menggedor

tembok dan pintu rumah rakyat

yang dibangun secara hemat dan tetesan keringat

Melihat pemandangan di Bukit Sentul

Melihat orang berduit dan orang berotot kumpul

Belalai eskavator baja yang terus bekerja

Tampak seperti cakar naga merah sedang marah

Kesabaran penduduk seakan malah menjadi kutuk

Sebetulnya kenapa bukit terus diungkit?

Sebetulnya kepada siapa tanah ini Tuhan berikan?

Apakah Tuhan sudah berpaling dari orang miskin

milih bersekutu dengan taipan dan pemegang kekuasaan?

Kadang-kadang pertanyaan begini tak bisa dibendung

Di antara puing-puing berserakan

Dan batang-batang pohon yang ditumbangkan

Aku melihat tujuh tangkai anggrek tergolek

Menanti datangnya batu kekuasaan

 

Yang menggelinding di punggung Bukit Sentul

AMM 18:0:21.