Rencana Reaktivasi Bondowoso Republik Kopi, Dinilai Tepat Untuk Pemulihan Ekonomi

Ilustrasi petani kopi/ net
Ilustrasi petani kopi/ net

Bondowoso Republik Kopi (BRK) yang dulunya sempat buming kini dalam rencana reaktivasi oleh Pemkab Bondowoso.


Mengenai hal itu akademisi dari Universitas Jember (Unej) Dr. M Fathorrazi menilai langkah pemkab sudah sangat tepat dalam perbaikan berbagai sektor utama perekonomian.

Kordinator Program-program Studi Unej Kampus Bondowoso tersebut memaparkan, BRK sudah ditopang dengan faktor endowment (jumlah faktor) yang melimpah yaitu kopi.

Menurutnya, dengan jumlah faktor yang melimpah itu. Maka saat Pemkab membuat kebijakan tentang kopi secara otomatis nanti langsung menyentuh masyarakat.

"Kurang lebih 12  kebijakan sudah dibuat oleh bupati sebelumnya, Yaitu pak Amin Said Husni," jelasnya dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Senin (20/9).

Selain itu, lanjut dia, prospek pemasaran kopi ke depan sangat besar. Dimana kopi Indonesia sudah dipasarkan di beberapa negara besar lintas benua.

"Ada di China, Prancis dan lain sebagainya. Itu kopi Indonesia termasuk Bondowoso," jelasnya.

Memang di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini peluang penjualan berkurang. Tetapi kata dia, peluang pasarnya tidak akan berubah. "Itu yang menjanjikan, daripada membuat sesuatu yang belum pasti," imbuhnya.

Selain kebijakan, kata dia, pemerintah sebelumnya juga meninggalkan beberapa warisan pengembangan kopi di hilir. Yakni Kampung Kopi di Jalan Pelita Kelurahan Taman Sari. Dimana di sana banyak cafe-cafe yang menawarkan kopi khas Bondowoso.

Kondisi itu juga didukung dengan jumlah pendatang di Bondowoso yang semakin bertambah. Misalnya mahasiswa Unej Kampus Bondowoso saja sudah mencapai 1743.

"Dan itu hanya 28 persen yang berasal Bondowoso. Misalnya mereka senang ke cafe maka cafe akan hidup. Biasanya mahasiswa senang kongko-kongko," jelasnya.

Menurutnya, lebih dari 1000 mahasiswa itu membutuhkan makan, kopi, pakaian dan tempat tidur di Bondowoso. "Itu membuat prospek ke depan. Alun-Alun di Bondowoso juga bisa hidup," jelasnya. 

Sebenarnya kata dia, sudah banyak masyarakat mempertahankan BRK. Terutama pengusaha di hilir. "Kalau ada kebijakan berubah maka eman. BRK bagus untuk dilanjutkan," jelasnya.

Menurutnya, Kopi Ijen Raung Bondowoso sudah punya hak paten. Yakni sudah mengantongi IG (Indikasi Geografis). "Makanya saya secara pribadi sangat mendukung jika dilanjutkan," pungkasnya.

Seperti diketahui Bondowoso merupakan salah satu daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia. Secara geografis, 48 persen areanya adalah perbukitan yang ketinggiannya 500 hingga di atas 1000 mdpl (Meter di Atas Permukaan Laut). 

Saat ini lahan kebun kopi di Bondowoso mencapai 13.649 hektar. Tersebar di dua kawasan. Yakni kawasan lereng Ijen Raung yang berbatasan dengan Banyuwangi dan Situbondo. Serta area barat di Lereng Argopuro yang berbatasan dengan Jember dan Probolinggo. (Sugianto)


ikuti update rmoljatim di google news