Perekonomian merasakan dampak besar akibat hantaman virus corona baru (Covid-19). Untuk menghadapai krisis akibat pandemi Covid-19, budaya akan memperkuat resiliensi masyarakat.
- Ingin Ada Kodam di Setiap Provinsi, Jenderal Dudung: Biar Sama dengan Polri
- Jaksa Agung Gencar Diserang, Spiritualis: Waspadai Propaganda Koruptor
- Ridwan Kamil Temui Airlangga Hartarto, Ini yang Dibahas
Pernyataan itu disampaikan Pendiri & Ketua Umum Forum Satu Bangsa, Hery Haryanto Azumi saat menghadiri Dialog Kebangsaan dengan Tema "Bali Survive Bali Bangkit" yang diselenggarakan oleh PW IKA PMII Bali bekerja sama dengan PWNU Bali.
Dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, Hery menjelaskan bahwa dalam sejarah krisis Indonesia, ketidak efektifan kekuasaan formal terselematkan kekuatan budaya. Sebab, sudah memiliki akar kuat di masyarakat.
"Inefektivitas kekuasaan formal pada akhirnya selalu diselamatkan oleh kekuatan budaya yang memiliki akar dalam kehidupan masyarakat," demikian kata Hery, Minggu (26/9).
Menurut mantan Ketum PB PMII ini, masyarakat Indonesia memiliki modal dasar nilai dan etika sosial yang dapat menjadi pegangan saat kekuasaan formal lemah atau gagal menangani krisis.
Ia kemudian mencotohkan kejadian krisis moneter yang terjadi akhir 1990an. Kala itu, hancurnya ekonomi negara nyatanya tidak membuat Indonesia bubar.
Argumentasi mantan Wasekjen PBNU itu, kuatnya struktur sosial dapat menopang masyarakat Indonesia.
"Mulai dari lembaga adat sampai organisasi keagamaan yang tumbuh subur di akar rumput sampai di level nasional,” demikian kata Hery.
Dalam pandangan Hery, pemerintah harus menangani badai krisis yang terjadi dengan memperkuat kerjasama dengan berbagai organisasi, lembaga sosial dan keagamaan.
“Kerjasama antara rakyat dan pemerintah dapat mempercepat proses pemulihan ekonomi,” pungkasnya.
- Terima Kunjungan Wakil PM Australia, Prabowo Bahas Perjanjian Kerja Sama Pertahanan
- Pemerintah Gelontorkan 89,36 Persen BLT El Nino Sebesar Rp6,72 Triliun
- Pemprov Diminta Cek Rutin Pemeliharaan Jembatan Kaca Bromo