Mulai Bersaing dengan Vietnam, Dewan Kopi Sumsel: Pemerintah Harus Bantu Petani Cari Pasar Baru

Dewan Kopi Sumsel, Zain Ismed/ Ist
Dewan Kopi Sumsel, Zain Ismed/ Ist

Meskipun mengalami peningkatan produksi kopi sebanyak 0,6 sampai 0,9 ton pertahun, namun hal ini belum bisa membuat Sumsel bernafas lega. Pasalnya hingga kini, segmen pasar kopi Sumsel masih bersaing dengan Vietnam yang mampu menghasilkan sedikitnya 3 ton produksi pertahun.


"Perlu diakui, saat ini memang Sumsel mengalami peningkatan produksi sebanyak 0,6 hingga 0,9 ton pertahun. Tapi ini masih banyak berkembang di pasar lokal, melalui kafe-kafe dan industri kecil UMKM yang sekarang memang sedang menjamur, dan juga atas konsen gubernur Sumsel terhadap kopi," ungkap Dewan Kopi Sumsel, Zain Ismed, dilansir dari Kantor Berita RMOLSumsel, Selasa (28/9)

Dia juga mengatakan, bahwa perolehan ini belum bisa membuat petani masuk kategori sejahtera. Sebab itu, pemerintah mesti perlu bekerja lebih keras lagi untuk membantu mereka untuk mencari akses pasar baru.

"Selama ini kita hanya bergulat di pasar-pasar yang sudah ada atau sudah eksis. Harusnya kita ciptakan pasar yang lebih potensial, misalnya seperti Taiwan untuk saat ini. Karena kita selama ini hanya berorientasi pada Eropa dan Amerika yang segmen pasarnya adalah Arabica, sedangkan kopi kita ini 95 persennya adalah robusta," imbuhnya.

Apabila melihat upaya yang dilakukan vietnam saat ini, lanjut Zain, kita harusnya bisa berkaca, karena kita dulu merupakan penyalur kopi terbesar pertama dunia. Belum lagi sekarang dibelakang kita sudah mulai bersiap negara Eutopia.

"Eutopuia itu merupakan daerah yang dulunya tandus, sekarang menjadi produsen kopi dunia dengan teknologi. kalau dengan teknologi peningkatan produksi jelas melonjak. itu harus kita waspadai, kalau tidak kita akan turun lagi.

Menurutnya juga saat ini Sumsel mulai dikejar oleh Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Dan dikhawatirkan pula China juga akan ada rencana untuk menanam kopi, sebab sekarang sudah mulai menanam kelapa sawit. 

"Saya menyaran kepada pemerintah untuk sama-sama serius menangani kopi ini, kalau tidak sayang gitu. potensi ini bisa direbut negara lain. kopi kita ini sudah banyak yang tua, perlu replanting yang tidak akan semudah kelapa sawit, karena bibitnya, varietasnya harus dipilih yang sesuai dengan tanah kita, sejak tahun 1800 hingga 1900an yang cocok di tanah kita itu sebetulnya robusta," pungkasnya.


ikuti update rmoljatim di google news