Market Share Perseroan 62 Persen di Jatim

Foto/Ist
Foto/Ist

Perseroan telah berpengalaman lebih dari 10 tahun dalam perdagangan ayam, pemotongan dan peternakan sejak 2008, pada saat masih belum berbentuk badan usaha dan baru pada 2010 berstatus badan usaha.


Pada Maret 2016 pemilik mendirikan PT Darbe Jaya Abadi (DJA)  sebagai Perseroan dengan Darbe Meats sebagai merek dagangnya. 

"Perseroan beroperasi sejak didirikan sampai dengan saat ini. Berlokasi di Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur. Memiliki dua  rumah potong ayam (RPA) di Gedangan, Sidoarjo dan Mojokerto, Jawa Timur dan satu distributor di Bali, established pada tahun 2019," terang Komisaris Utama Perseroan, Nanang Sumartono Hadwidjojo, SH, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Jumat (1/10).

Dalam beroperasinya saat ini, Perseroan mengedepankan dan menterjemahkan  dua Visi utama. Yakni mendukung pembangunan berkelanjutan melalui aktifitas ekonomi berbagi atau Sharing Economy sebagai Etik Kerja, dan menjadi Perseroan unggul berdaya saing di Asia, bergerak di bidang perdagangan dalam penyediaan hasil pangan produk hewani.

Produk dari Perseroan yang diperdagangkan adalah daging ayam potong berstandar HASU (Halal, Aman, Sehat, Utuh), yaitu standar yang diyakini mampu menopang going concern Perseroan di masa yang akan datang. 

Mendukung prinsip fairness, Perseroan memberikan garansi terhadap kehalalan, harga yang kompetitif, kesegaran dan layak telusur atas produk yang dijual kepada konsumen.

"Secara demografi, market share Perseroan sebesar 62% berada di Jawa Timur meliputi Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Jombang, Magetan, Mojokerto, Malang, Tulungagung untuk sistem penjualan berbasis keagenan berikut pengolahannya," jelasnya.

Selanjutnya, sambung Nanang,  sebesar 35% ada  di Bali untuk segmen pasar basah, sebesar 2% berada di Jawa Barat di wilayah Bandung untuk segmen end-user.

"Dan sisanya sebesar 1% di Makassar untuk segmen end-user," ujarnya.

Market share mapping di atas pada akhirnya membentuk sebaran profil konsumen produk Perseroan yang lebih heterogen. Mereka berasal dari kalangan para pedagang, peritel, dan industri sendiri. 

Fakta ini mencerminkan bahwa Perseroan memiliki tingkat ketergantungan yang rendah terhadap single buyer tertentu. Lebih dari 50% pendapatan Perseroan disumbang dari hampir 80% volume transaksi penjualan lokal/ domestik.

Sejak dua ahun terakhir berturut-turut,  pada tahun 2019 dan 2020, Perseroan mampu membukukan kinerja positif walaupun sebenarnya pada tahun 2020 lalu Perseroan pun turut terdampak pandemi Covid-19. 

Tercatat pada tahun 2019 mampu membukukan total penjualan sebesar Rp 36 milyar dan sepanjang tahun 2020 membukukan sebesar Rp 64 milyar atau meningkat 170% year-on-year.


ikuti update rmoljatim di google news