Cegah Bayi Alami Pneumonia, Dinkes Jember Galakkan Imunisasi PVC Tanpa Dipungut Biaya

Kasie Surveilan dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, Arif Yoni Setiawan saat wawancara bersama awak media/RMOLJatim
Kasie Surveilan dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, Arif Yoni Setiawan saat wawancara bersama awak media/RMOLJatim

Setelah sempat berhenti akibat pandemi Covid-19, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jember kembali menggelar imunisasi Pneumokokus Konyugasi Vaksin (PVC) gratis bagi bayi, Senin (1/11).


Dari data yang disampaikan, capaian imunisasi PVC 1 ini baru tercapai sekitar 19,69 persen atau 5.192 bayi dari sebanyak 26 ribu bayi. Sedangkan untuk PVC 2, baru sejumlah 8,15 persen atau 2.149 bayi.

"Pneumonia menjadi persoalan besar di kabupaten Jember sejak sebelum adanya Covid 19. Dengan adanya pandemi penangan imunisasi PCV menjadi terbengkalai," kata Kasie Surveilan dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, Arif Yoni Setiawan, dikutip Kantor Berita RMOLJatim.

"Dengan adanya introduksi imunisasi PVC diharapkan bisa mencegah terjadinya pneumonia terutama terjadi pada anak-anak," ujarnya.

Penyakit pneumonia, lanjut Arif bukan penyakit baru dan sudah ada sejak lama di Jember. Dalam 2 tahun terakhir, pada 2020 ada 3.761 kasus di semua usia bayi, dengan rincian usia dibawah 1 tahun sebanyak 1285 kasus, balita usia 1 sampai 5  tahun sebanyak 2.391 kasus. 85 kasus bayi diantaranya masuk kasus katagori berat.

Sedangkan pada tahun2021 hingga bulan September, kasus disemua umur mengalami penurunan.

"Kami mengimbau agar ibu-ibu yang punya bayi mulai kelahiran April 2021 bisa datang ke posyandu untuk mendaftar imunisasi PVC, mumpung gratis, sayang jika hal ini, tidak dimanfaatkan," terangnya. 

Menurutnya, Dinas kesehatan akan kembali menggenjot vaksinasi PCV mulai bulan ini, yang sebelumnya masih terkendala pandemi Covid-19. 

"Dengan Covid-19 sudah mereda, maka vaksinasi covid jalan dan immunisasi PCV juga jalan. Mudah-mudahan sisa waktu 2 bulan ini, target sasaran bisa tercapai," katanya.

Sementara, Wakil Dekan 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr. M Atoillah Isfandiari, menjelaskan, Pneumonia adalah radang paru yang bisa disebabkan oleh virus, bakteri, atau bahkan bahan kimia. Virus Covid-19 pun bisa menyebabkan pneumonia. Bahkan, kata dia, sebelum Covid-19, pneumonia sudah banyak terjadi pada anak dan bayi. Hal itu bisa jadi semakin banyak bila kita abai.

"Covid selesai, pneumonia belum tentu selesai. Apalagi yang disebabkan bakteri," katanya. 

Menurutnya  pneumonia memang banyak terjadi pada bayi usia di bawah 12 bulan. Itu karena sistem imun bayi masih lemah. Usia paling rentan 2 sampai 12 bulan, angka kematian juga lebih banyak pada kelompok usia 2-12 bulan.

"Dengan mendapatkan vaksin PCV, bila anak kelompok ini ketika terinveksi, setidaknya daya tahan tubuh si anak tidak gagal-gagal amat," jelas pria yang biasa dipanggil dr. Atok.

Menurutnya, sumber penularan PVC kepada bayi adalah ini yang utama adalah orang tua. Bisa jadi bakteri Pneumokokus ini sudah ada pada orang tua. Kalau menular antar orang tua, mungkin hanya berakibat pilek atau batuk. Namun bila bakteri ini masuk ke pernafasan anak, bisa menjadi pneumonia atau radang paru.

"Semestinya, ibu menyusui pun pakai masker. Itu penting karena sumber penular utama pneumonia pada bayi adalah ibu dan orang-orang terdekat," katanya.  

Dijelaskan dia, angka capaian kumulaif imunisasi PCV 1, PCV 2 untuk 8 kab/kota di Jawa Timur, perminggu ketiga Oktober 2021 masih rendah. Data Dinas Kesehatan Provinsi Jatim menunjukkan, dari 175.085 bayi yang lahir hidup di 8 kab/kota, capaian imunisasi PCV 1 sebanyak 15,3 persen dan PCV 2 sejumlah 7,7 persen. 

Delapan kabupaten/kota di Jatim itu pada Juni 2021 ditetapkan sebagai wilayah imunisasi pengenalan (introduksi) vaksin PCV. Selain delapan kabupaten/kota di Jawa Timur, ada enam kabupaten/kota di Jawa Barat.

"Delapan kab/kota itu yaitu di Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Malang, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Jember, Kota Kediri, Kabupaten Kediri dan Kota Malang," jelas dr. Atok.


ikuti update rmoljatim di google news