Dzuriah Laskar Hizbullah Minta NU Dikembalikan ke Pesantren dan Dzuriah Pendiri NU

Silaturahmi Dzuriah Laskar Hizbullah di Jombang/RMOLJatim
Silaturahmi Dzuriah Laskar Hizbullah di Jombang/RMOLJatim

Dzuriah Laskar Hizbullah dan Sabilillah memandang perlu untuk memberikan masukan kepada para Muktamar NU agar dapat menelorkan putusan yang sesuai harapan dan cita cita, maksud serta tujuan didirikan jam’iyah NU oleh para pendiri.


Salah satu masukannya adalah mengembalikan marwah NU ke pesantren secara utuh.

"Artinya dalam setiap kegiatan apapun bentuknya NU harus berada di pesantren dan tidak dibawa ke hotel atau di gedung gedung megah, karena roh NU itu ada di pesantren dan bukan di hotel, atau di gedung apalagi gedung milik publik atau pemerintah," kata Kordinator Laskar Hizbullah Sabilillah, ​​​​​​​​Yusuf Husni Syaki dalam keterangannya dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (25/11).

Menurut Yusuf, Laskar Hizbullah dan Sabilillah didirikan sebagai tentara pejuang kemerdekaan oleh PBNU. Dengan demikian merupakan anak kandung dari NU itu sendiri. Sehingga tidak rela jika NU lari jauh dari cita cita maksud dan tujuan didirikan jam’iyah NU sebagai mana keprihatinan para dzuriah pendiri NU selama ini yang dapat tertangkap ke telinga para dzuriah Laskar Hizbullah dan Sabilillah.

"Karena itu Dzuriah Laskar Hizbullah dan Sabilillah menghimbau kepada para Muktamirin agar mewarnai Muktamar NU dengan kemurnian aspirasi secara ikhlas tanpa embel embel apapun melihat pandangan NU kedepan sesuai dengan cita cita pendiri jam’iyah NU atau setidaknya menggunakan standar garis kebijakan organisasi sesuai keputusan Muktamar NU Situbondo tahun 1984 yang telah kembali ke khittoh 1926 sehingga pengurus PBNU istiqomah dapat menjaga jarak dengan semua kekuatan politik praktis dan tidak ikut bermain politik, dukung mendukung dan calon atau mencalonkan," tegasnya.

Yusuf juga mendesak supaya mengembalijan marwah PBNU bahwa, lembaga Syuriah itu adalah lembaga tertinggi sedangkan lembaga Tanfidiyah itu merupakan pelaksana dari tugas tugas yang diperintahkan oleh Syuriah terutama dibidang sosial dan politik, sehingga apa yang disampaikan oleh pengurus Tanfidiyah telah segaris dengan Syuriah.

"Berikutnya, untuk menjaga eksistensi lembaga Syuriah tersebut, diperlukan keleluasaan berupa keputusan rapat Syuriah dapat memberhentikan atau menon aktifkan Pengurus Tanfidiyah sewaktu waktu apabila dipandang telah melanggar AD ART dan atau dipandang telah merugikan dan atau membawa citra buruk jam’iyah," imbuhnya.

Selain mengembalikan marwah NU ke pesantren, Yusuf menandaskan, nahkoda PBNU juga perlu dikembalikan ke pesantren, termasuk susunan pengurus yang ada di semua tingkatan, secara berjenjang sesuai AD ART NU.

"Dan apabila semua tokoh masih dianggap meragukan dapat menjaga marwah NU sesuai cita cita para pendiri, maka selayaknya kembali ke Dzuriah pendiri NU atau setidaknya dikonsultasikan dengan Dzuriah Pendiri NU, agar tidak terlalu jauh keluar rel atau dianggap sebagai jamaah yang telah “menghianati” cita cita, maksud dan tujuan didirikannya jam’iyah NU," tandasnya.

Terakhir Yusuf menjelaskan, Dzuriah Laskar Hizbullah sebagai anak yang hilang atau anak yang telah dilupakan, saat ini masih punya rasa sakit jika orang tuanya jalan ke jalan yang agak melenceng atau jam’iyah ini jadi olok-olokan atau kharisma Kyai NU jadi merosot.