Meski Banyak Tantangan, Airlangga Optimistis Ekonomi Tumbuh 5,2 Persen Tahun Depan

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto/Dok
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto/Dok

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimis perekonomian Indonesia akan semakin membaik. Pertumbuhan ekonomi pada tahun depan bisa mencapai sekitar 5,2 persen.


Airlangga mengatakan, optimisme itu berdasarkan kondisi internal maupun global. Ia mengakui, masyarakat global menghadapi omicron, varian baru Covid-19 yang transmisinya lima kali lebih tinggi dibandingkan varian sebelumnya.

Namun, melihat pada tingkat dampak kesehatan, varian omicron ternyata jauh lebih rendah. Buktinya, tingkat hunian rumah sakit di Amerika Serikat hanya 3 persen.

Meskipun demikian, Indonesia tetap akan menyiapkan bed occupancy ratio (BOR), obat-obatan, dan yang paling utama adalah menyiapkan vaksin ketiga atau vaksin booster. Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, vaksinn booster mulai diberikan pada Janurari 2022.

“Soal vaksin booster ini kita sudah siap. Tidak hanya dengan vaksin yang kita pakai selama ini, melainkan juga memanfatakan vaksin Merah Putih yang diinisiasi Universitas Airlangga dan vaksin Nusantara. Dengan begitu, kesehatan kita akan lebih tangguh,” katanya dalam rilis yang dibagikan kepada media, Selasa (28/12), 

Optimistis perekonomian akan semakin membaik, Airlangga yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) itu mengakui, tantangan tahun depan bukan hanya soal pandemi. Sejumlah kasus internasional yang bisa berdampak pada ekonomi nasional juga dicermati pemerintah dengan hati-hati.

Seperti kasus properti Evergrande di China. Evergrande terlilit utang di tingkat global sebesar 300 miliar dollar AS yang akan jatuh tempo pada tahun 2022.

“Selain itu, di AS terjadi inflasi tinggi yang menimbulkan kekhawatiran sejumlah negara bahwa AS akan menaikkan tingkat suku bunga yang berdampak pada tapering off yang akan membuat suku bunga global terkerek naik,” ujar Airlangga.

Ketua Umum Partai Golkar itu bersyukur, tingginya inflasi di AS ternyata tidak dibarengi dengan penaikan tingkat suku bunga. Selain itu, kondisi dalam negeri Indonesia juga membuat lebih percaya diri karena memiliki cadangan devisa sebesar 140 miliar dollar AS dengan neraca perdagangan yang positif.

“Kondisi internal kita mampu meredam berbagai kondisi global. Selain itu, perbankan kita memiliki dana pihak ketiga dalam jumlah besar. Dengan demikian, kita bisa menjaga agar suku bunga tidak naik. Selain itu, kita juga bisa menjaga inflasi tetap rendah, sekitar 1,7 persen,” jelas Airlangga.

Faktor lain yang membuat optimistis adalah cushion (bantalan untuk mengurangi beban defisit) di APBN yang mencapai 3 persen, plus minus 1 persen.

“Dengan demikian, room kita terhadap inflasi cukup tinggi. Hal ini juga ditopang oleh ketesediaan bahan pangan, terutama beras. Sebab, dalam 2-3 tahun terakhir, kita mampu berswasembada dalam pasokan beras,” tandas Airlangga.