Melesat 11,58 Persen Pekan Lalu, Begini Prospek Saham BBTN Menurut Analis

Ilustrasi/Ist
Ilustrasi/Ist

Saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) melesat 11,58 persen pada Jumat (28/1). Ditutup pada level Rp 1.735, kinerja saham BBTN mencatat kenaikan mingguan sebesar 3,89 persen.


Total transaksi saham BBTN pada Jumat pekan lalu mencapai Rp 95,56 miliar yang diikuti aksi beli investor asing dengan net buy sebesar Rp 2,2 miliar. Dalam sebulan terakhir, investor asing memborong saham BBTN dengan net buy Rp 17,6 miliar.

Pada hari yang sama, saham BBTN mengalahkan kenaikan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar 4,17 persen dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) 1,32 persen.

Kedua bank pelat merah tersebut terdorong sentimen positif laporan keuangan full year 2021 yang cemerlang. BBNI mencatatkan laba bersih Rp 10,89 triliun pada 2021, naik lebih dari 3 kali lipat dibandingkan dengan 2020.

Sementara Bank Mandiri meraih laba bersih sebesar Rp 28,03 triliun pada 2021, tumbuh 66,8 persen dibanding tahun sebelumnya. Pada saat yang sama BMRI mencatat rekor laba tertinggi sepanjang sejarah.

Meskipun saham BBTN melesat jauh lebih tinggi pada Jumat pekan lalu, namun emiten perbankan yang fokus pada bisnis properti ini belum mengeluarkan laporan keuangan 2021. Rencananya, BBTN akan mengeluarkan laporan keuangan dalam waktu dekat, yakni sekitar tanggal 8 Februari 2022.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada berpendapat bahwa kenaikan saham BBTN terkerek laporan keuangan cemerlang bank pelat merah lainnya, yakni BBNI dan BMRI. Pasar berekspektasi kinerja keuangan BBTN akan inline dengan kedua bank tersebut.

"Jika kita lihat memang industrinya juga sudah mulai membaik. Selain itu kinerja bank-bank beberapa hari belakangan sangat baik, mulai dari BCA, BNI, Mandiri. Hal ini membuat pelaku pasar kemarin juga optimis kinerja BTN akan baik seperti bank-bank tersebut, sehingga mereka masuk ke saham BTN," terang Reza.

Sementara itu dari sisi harga, Reza juga menganggap saham BTN sudah tergolong murah, dibandingkan harga saham lainnya.

Seperti diketahui valuasi saham BBTN masih yang termurah di antara 4 bank BUMN lainnya. Price to book value BBTN masih di level 0,89 kali, dibandingkan, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) di 2,27 kali, Mandiri di 1,82 kali, dan BNI di 1,13 kali.

“Dengan ekspetasi kinerja BTN yang baik, sahamnya juga masih tergolong murah,” ujarnya.

Analis Fundamental  PT Kanaka Hita Solvera, Raditya Krisna Pradana,  mengatakan pada dasarnya valuasi BBTN masih sangat menarik.

“Secara valuasi berdasarkan PBV, kami menilai harga intrinsik BBTN saat ini di level 2642. Sedangkan berdasarkan DCF (discounted cash flow), kami menilai harga intrinsik BBTN saat ini berada di level 2220. Dibandingkan dengan harga saat yang berada di bawah level 1700, maka saham BBTN undervalue,” ujar Raditya belum lama ini.

Senada dengan Raditya, Direktur PT Ekuator Swarna Investama Hans Kwee juga menilai valuasi BBTN masih sangat menarik.

“Sangat menarik, valuasi saya 2410 untuk BTN,” ujar Hans Kwee dalam kesempatan yang berbeda.

Raditya menjabarkan isu ekonomi yang akan mendorong penguatan saham BBTN ke depan adalah perpanjangan insentif pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah untuk sektor properti pada periode Januari-Juni 2022. Insentif ini otomatis akan meningkatkan permintaan terhadap properti.

Selain itu, pemulihan pertumbuhan ekonomi yang positif diyakini juga menjadi faktor penggerak sektor properti tahun ini. “Apabila Omicron terkendali, maka performa sektor properti tahun ini kami proyeksikan akan mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya,” ujarnya.

Adapun Hans Kwee menyoroti kebangkitan sektor properti akan lebih cepat terjadi ketika ekonomi mulai pulih.

“Properti terbukti selalu menjadi motor kebangkitan ekonomi karena multiplier effectnya sangat besar. Ketika ekonomi pulih dan sektor properti bangkit, bank spesialis perumahan seperti BBTN akan menikmati hasilnya. Peluangnya bagus,” ujarnya.

Raditya juga menyoroti bahwa rencana rights issue juga menjadi pendorong positif bagi kinerja bisnis dan keuangan BBTN pada tahun ini dan tahun-tahun berikutnya.

“Kami menilai impact right issue bagi ekspansi bisnis BBTN cukup positif apalagi ditambah dengan pemulihan pertumbuhan perekonomian Indonesia,” ujarnya.

Bagi Hans Kwee, penguatan modal menjadi kunci bagi bank yang fokus pada kredit properti. Apalagi, BTN juga memiliki tugas dalam mendukung agenda pemerintah dalam program sejuta rumah.

“Dampak positif bagi BTN akan terlihat ketika kredit mulai ekspansi lagi. Tapi itu harus menunggu pasar properti benar-benar bangkit dan ini mungkin mulai tahun depan pasca pandemi. Penambahan modal perlu dilakukan secepatnya agar ketika ekonomi pulih, bank sudah lebih siap,” jelasnya.