Berani Teleponan Saat Jokowi Pidato, Luhut Dianggap Runtuhkan Marwah Presiden 

Tangkapan layar Luhut Binsar Pandjaitan asyik telepon saat Presiden Jokowi pidato/Repro
Tangkapan layar Luhut Binsar Pandjaitan asyik telepon saat Presiden Jokowi pidato/Repro

Sikap Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Maritim dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan berani teleponan saat Presiden Joko Widodo pidato memiliki dampak politik serius.


Pasalnya, apa yang dilakukan Luhut makin mengkonfirmasi bahwa Luhut memang menteri yang memiliki pengaruh politik sangat kuat bagi Jokowi. Apalagi selama ini label yang disematkan publik pada Luhut adalah menteri yang bisa mengurusi semua tugas dari Joko Widodo.

"Hal ini menimbulkan pertanyaan di tengah publik apakah dalam kabinet ini Jokowi memberikan label menteri segala rupa, sehingga fungsi dan wewenang dari kabinet lain hanya sebatas formalitas tanpa ada kekuatan wewenang yang strategis," kata Direktur Riset Indonesian Presidential Studies (IPS) Arman Salam dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (6/2).

Dampak politik kedua, dijelaskan Arman, sikap Luhut yang asyik telepon saat pimpinannya pidato jelas dapat membuat marwah Jokowi sebagai Kepala Negara dan pemerintahan dapat runtuh atau menurun.

Dalam pandangan Arman, sedekat apapun relasi politik antar Luhut dan Jokowi tindakan teleponan saat orang nomor satu di Indonesia pidato tidaklah pantas.

"Sedekat apapun seorang tokoh tak pantas menunjukannya dalam ruang publik apalagi situasi formal. Ataukah menjadi benar suatu anggapan siapa presiden sebenarnya," demikian kata Arman.

Sebagai pembantu Jokowi, Luhut seharusnya bisa bersikap profesional menempatkan posisinya.

"Menjaga marwah dan sikap profesional adalah keniscayaan, karena hakekatnya menjadi pemimpin adalah mengemban kepercayaan publik," pungkas Arman.

Semua elemen pemerintahan harus sadar itu sehingga stabilitas dapat terjaga agar pelayanan dan program bisa berjalan dengan baik.