Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, dua organisasi massa Islam yang dinilai pengaruh politik sangat besar terhadap pandangan dan sikap masyarakat, khususnya terhadap wacana penundaan Pemilu 2024.
- Usai Dikasih Izin Tambang, Dikhawatirkan NU dan Muhammadiyah Tidak Kritis Lagi
- Silaturahmi ke Ketum PBNU, Khofifah : PP Muslimat NU Undang KH. Yahya Beri Pengarahan di Kongres XVIII Muslimat NU
- Cagub Luluk: Muhammadiyah Dan NU Penjaga Demokrasi Dan Ekonomi Jawa Timur
Demikian pandangan Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, saat menjadi pembicara dalam diskusi virtual Paramadina Democracy Forum bertajuk "Wacana Penundaan Pemilu: Membaca Motif Ekonomi-Politik dan Dampaknya pada Demokrasi di Indonesia", pada Rabu (2/3).
"Ormas ini punya impact politik yang besar. Harus clear sikapnya, jangan mengambang," ujar Khoirul Umam.
Sebagai contoh, Khoirul Umam menyinggung pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, yang menyebut gagasan penundaan Pemilu masuk akal.
"Kemarin ada pernyataan Ketua Umum PBNU, padahal semua orang berharap islamic base civil society bisa menggunakan kekuatannya secara maksimum (melawan wacana penundaan Pemilu)," tuturnya.
Lebih lanjut, Khoirul Umam menyampaikan harapannya kepada dua ormas besar Islam di Indonesia, yakni PBNU dan PP Muhammadiyah untuk bersuara lantang menyatakan sikap yang jelas mengenai isu penundaan Pemilu 2024.
"NU harus clear positioning-nya, Muhammadiyah juga. Di bawah kepemimpinan Gus Yahya kita harap PBNU bisa clear, karena ber-impact pada pembangunan nasional yang lebih kompatable dan menjadi penyeimbang," tandasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Usai Dikasih Izin Tambang, Dikhawatirkan NU dan Muhammadiyah Tidak Kritis Lagi
- Silaturahmi ke Ketum PBNU, Khofifah : PP Muslimat NU Undang KH. Yahya Beri Pengarahan di Kongres XVIII Muslimat NU
- Khofifah: Muhammadiyah Pilar Kemajuan Bangsa dan Umat