Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, dua organisasi massa Islam yang dinilai pengaruh politik sangat besar terhadap pandangan dan sikap masyarakat, khususnya terhadap wacana penundaan Pemilu 2024.
- Konflik PKB dan NU Kian Tebal
- LaNyalla Ajak NU Perjuangkan Kembali ke UUD 1945 Asli
- NU dan Dramaturgi Kiai Marzuki Mustamar
Demikian pandangan Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, saat menjadi pembicara dalam diskusi virtual Paramadina Democracy Forum bertajuk "Wacana Penundaan Pemilu: Membaca Motif Ekonomi-Politik dan Dampaknya pada Demokrasi di Indonesia", pada Rabu (2/3).
"Ormas ini punya impact politik yang besar. Harus clear sikapnya, jangan mengambang," ujar Khoirul Umam.
Sebagai contoh, Khoirul Umam menyinggung pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, yang menyebut gagasan penundaan Pemilu masuk akal.
"Kemarin ada pernyataan Ketua Umum PBNU, padahal semua orang berharap islamic base civil society bisa menggunakan kekuatannya secara maksimum (melawan wacana penundaan Pemilu)," tuturnya.
Lebih lanjut, Khoirul Umam menyampaikan harapannya kepada dua ormas besar Islam di Indonesia, yakni PBNU dan PP Muhammadiyah untuk bersuara lantang menyatakan sikap yang jelas mengenai isu penundaan Pemilu 2024.
"NU harus clear positioning-nya, Muhammadiyah juga. Di bawah kepemimpinan Gus Yahya kita harap PBNU bisa clear, karena ber-impact pada pembangunan nasional yang lebih kompatable dan menjadi penyeimbang," tandasnya.
- Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ratu Adil: Saatnya Rekonsiliasi Nasional
- Sidang Dugaan Pelanggaran Administrasi Pemilu 2024 di Jember Masuki Penyampaian Kesimpulan
- Sahur Bareng Di Rumah Gus Han, Rekonsiliasi Warga Nahdliyin Pasca Pemilu 2024